Murid dan Guru di Kalbar Keracunan Usai Menyantap MBG Lauk Ikan Hiu

Murid dan Guru di Kalbar Keracunan Usai Menyantap MBG Lauk Ikan Hiu

Keesokan harinya, menu MBG di sekolah lain nyaris tak tersentuh. Ratna, ibu murid, memilih membekali anak dengan nasi dari rumah.

“Daripada berisiko,” ucapnya.

Senada dengan Ratna, wali murid lainnya, Susilo malah mengaku trauma. “Lebih banyak anak tidak berani makan. Risikonya lebih besar daripada manfaat,” lirihnya.

Di SD Santa Monica, tumpukan nasi gratis masih utuh di wadah plastik. Kepala sekolah Yohanes Aliman hanya bisa menghela napas.

“Biasanya habis, kini dibiarkan dingin,” ucpanya.

Desas-desus lama tentang minyak babi di wadah MBG yang pernah beredar di daerah lain, meski tak terbukti di Ketapang, ikut membuat kekhawatiran. Nyawa anak-anak jadi taruhan, kata Deki, warga Delta Pawan.

Di sisi lain, orang tua juga menyoal mubazir. Menu yang tidak sesuai selera sering terbuang percuma.

“Bawa pulang pun tak dimakan,” ujar Sari.

Kepala Dinas Kesehatan Ketapang Feria Kowira menegaskan seluruh biaya pengobatan 17 pasien, 16 anak, satu guru, ditanggung pemerintah.

“Alhamdulillah kondisi membaik,” katanya.

Sampel makanan sudah dikirim ke laboratorium Provinsi Kalimantan Barat. Pemeriksaan 24 jam dilakukan, menunggu hasil uji yang akan menentukan asal racun.

Wakil Bupati Ketapang, Jamhuri Amir, juga datang langsung ke RSUD dokter Agoesdjam Kabupaten Ketapang.

“Dinas Kesehatan dan Pendidikan harus dilibatkan. Pengelolaan dapur tak boleh lepas tangan,” tegasnya.

Ia mendesak Badan Gizi Nasional melakukan evaluasi menyeluruh, mengingat kasus serupa sudah berulang di daerah lain.