Misteri Sosok S yang Beri Data Rekening Dormant ke Otak Penculikan Kacab Bank BUMN
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kasus kematian kepala Kantor Cabang Pembantu (KCP) sebuah bank BUMN, Mohamad Ilham Pradipta (37), masih menyisakan misteri meski Polda Metro Jaya telah mengumumkan hasil penyidikan.
Sebanyak 18 orang terlibat dalam kasus ini, terdiri atas 15 warga sipil dan 2 prajurit Kopassus. Dari jumlah tersebut, 1 orang sipil masih buron.
Ke-15 sipil ini adalah Candy alias Ken (41), Dwi Hartono (40), AAM alias A (38), JP (40), Erasmus Wawo (27), REH (23), JRS (35), AT (29), dan EWB (43).
Ada juga MU (44), DSD (44), Wiranto (38), Eka Wahyu (20), Rohmat Sukur (40), dan AS (25).
Sementara itu, dua prajurit Kopassus adalah Sersan Kepala (Serka) N (48) dan Kopral Dua (Kopda) FH (32). Satu warga sipil yang masih buron adalah EG alias B (30).
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Wira Satya Triputra mengungkapkan bahwa Candy alias Ken mempunyai data sejumlah rekening dormant di beberapa bank.
Hal ini yang menjadikan motif perkara menculik, yakni upaya pemindahan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan yang telah disiapkan oleh Candy alias Ken.
“Hasil pemeriksaan saudara C alias K itu mendapatkan informasi dari temennya inisial S,” kata Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa (16/9/2025).
Kendati demikian, sosok S ini masih ditelusuri oleh kepolisian karena identitasnya belum jelas.
“Mohon maaf, nanti kalau kami sampaikan (sosok S ini) nanti kabur,” ujar Wira.
Saat ditanya latar belakang Candy alias Ken, Wira hanya menyebut pelaku sebagai seorang wiraswasta.
Berbekal data dari S, Candy alias Ken meminta bantuan Dwi Hartono, salah satu tersangka dalam klaster otak penculikan, untuk memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening penampungan.
Dengan rencana ini, Candy alias Ken menyiapkan tim IT. Namun, pemindahan dana dari rekening dormant ke rekening penampungan tetap memerlukan persetujuan atau otoritas kepala bank.
“Sehingga pelaku atas nama C alias K mengajak DH unjuk mencari kepala cabang atau cabang pembantu yang bisa diajak bekerja sama dalam rangka pemindahan uang tersebut,” kata Wira dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya, Selasa.
Setelah satu bulan, Candy alias Ken bertemu dengan Dwi Hartono dan pelaku AAM karena memiliki informasi terkait data rekening dormant di bank BUMN.
Dalam pertemuan itu, Candy alias Ken mengaku upaya pendekatan ke sejumlah KCP tidak berhasil.
Tetapi, Candy alias Ken mendapatkan kartu nama Ilham dari “orang-orangnya” di lapangan yang mencari KCP.
Kartu nama itu diserahkan kepada Dwi Hartono untuk ditelusuri. Dwi Hartono pun menyiapkan tim pembuntut.
Dalam pertemuan itu juga muncul dua opsi: pertama, pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman kemudian korban dilepas;
Kedua, pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman yang berujung pada penghilangan/bunuh korban.
Setelah beberapa hari atau 12 Agustus 2025, Candy alias Ken berkomunikasi melalui WhatsApp dengan Dwi Hartono.
Dalam percakapan tersebut, mereka memutuskan untuk menerapkan opsi pertama.
Rupanya, kartu nama ini menjadi gerbang masuk komplotan menculik korban.
Tim pemantau yang telah disiapkan oleh Dwi Hartono menguntit Ilham dari kantornya.
Tim pemantau ini tidak bisa menemukan rumah Ilham karena kartu nama itu tidak menyertakan alamat kediaman.
“Sehingga mereka ke kantor korban. Kemudian mereka dari tengah malam sudah menunggu, tim yang membuntuti sudah menunggu di depan kantor korban, kemudian selanjutnya diikuti (hingga eksekusi),” ungkap Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya AKBP Abdul Rahim.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Misteri Sosok S yang Beri Data Rekening Dormant ke Otak Penculikan Kacab Bank BUMN Megapolitan 18 September 2025
/data/photo/2025/08/21/68a6d1bb6f3b1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)