Pangkalpinang, Beritasatu.com – Umat Kristiani di Pangkalpinang, Bangka Belitung, menjalani ibadah misa Natal dengan damai. Menariknya, lokasi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat (GPIB) Maranatha di Pangkalpinang berdampingan dengan Masjid Kubah Timah.
Hal ini menunjukkan betapa eratnya kerukunan antarumat beragama di daerah ini yang saling menghormati satu sama lain.
“Sudah sejak dahulu gereja ini memang berdampingan dengan masjid, dan digunakan oleh umum. Sejauh ini, hubungan kami berjalan dengan baik,” kata ketua majelis jemaat GPIB Maranatha Pangkalpinang, pendeta Inri Maurent Nikijuluw kepada Beritasatu.com, Selasa (24/12/2024) malam.
Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Maranatha Pangkalpinang, yang terletak berdampingan dengan Masjid Kubah Timah, menggelar acara misa Natal dan doa dengan khidmat.
Acara dimulai dengan misa yang dipimpin oleh pendeta Inri Maurent Nikijuluw, yang dihadiri oleh banyak jemaat yang datang dengan penuh sukacita.
Dalam khotbahnya, pendeta Inri Maurent menyampaikan pesan damai dan cinta kasih yang menjadi inti dari perayaan Natal, serta pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama di tengah keberagaman yang ada.
“Kami juga mendapatkan kesempatan untuk melaksanakan panggilan ibadah kami, seperti halnya kami juga toleransi dengan tetangga kami, Masjid Kubah Timah yang masing-masing menjalankan ibadahnya dengan baik dan lancar. Suasana sejauh ini selalu kondusif,” jelasnya.
Sementara itu, Gereja GPIB Maranatha ini merupakan bangunan bersejarah. Ciri khas utama dari bangunan gereja ini adalah menara jam yang menjulang setinggi 30 meter. Di lantai tiga terdapat mesin jam yang merupakan buatan langsung dari pabrik di Belanda.
GPIB Maranatha yang berhadapan dengan Alun-alun Lapangan Merdeka dan rumah dinas wakil wali kota Pangkalpinang adalah bangunan tua peninggalan Belanda. Gereja ini juga menjadi penanda titik nol kilometer untuk wilayah Pulau Bangka.
Menurut catatan sejarah, GPIB Maranatha ini dibangun oleh Kolonial Belanda pada masa kepemimpinan Presiden J Edie, pada tahun 1926-1927 Masehi.
Hampir 100 tahun lamanya, bangunan yang kini ditetapkan sebagai cagar budaya tersebut masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagaimana mestinya.
Corak warisan sejarah masih terlihat jelas pada bagian bangunan ini, seperti dinding setebal 30 sentimeter yang dibuat berundak, menggunakan bebatuan granit. Terdapat banyak jendela di sepanjang dinding yang kondisinya masih bagus, serta adanya ventilasi pada dinding bagian bawah yang membantu sirkulasi udara saat jemaat duduk.
Perayaan ini menjadi contoh nyata bahwa meskipun berbeda keyakinan, kedamaian dan rasa saling menghargai tetap bisa terjaga. Momen berharga tersebut diharapkan dapat menginspirasi banyak orang untuk terus membangun kerukunan dalam masyarakat.
Perayaan Natal pada tahun ini di Pangkalpinang bukan hanya sekadar peringatan spiritual, tetapi juga sebuah pernyataan komitmen untuk hidup berdampingan dalam harmoni lantaran Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat berdampingan dengan Kubah Timah.