Jakarta, CNN Indonesia —
Rencana merger antara dua raksasa otomotif Jepang, Honda dan Nissan dinilai akan menemui kendala di bidang mobil listrik.
Ambisi keduanya menjadi grup otomotif terbesar ketiga di dunia setelah Toyota dan Volkswagen, bergantung pada kemampuan menghasilkan mobil listrik tidak akan bisa melebihi perusahaan otomotif asal China, seperti BYD.
CEO Honda Toshihiro Mibe dalam konferensi pers, Senin (23/12) menyebutkan kedua perusahaan tersebut harus memiliki kemampuan untuk menghadapi pesaing dari China. Jika tidak usaha keduanya akan sia-sia.
Para pengamat memiliki pandangan Honda dan Nissan punya kendala karena lini model mobil kedua perusahaan tidak terlalu kuat di segmen mobil listrik.
Meskipun Nissan termasuk salah satu pelopor mobil listrik, dengan meluncurkan Leaf EV pada 2017. Namun, terdapat kesalahan pada buku petunjuk pengemudi di Leaf EV generasi kedua yang cukup fatal sehingga menyebabkan penarikan sebanyak 64.700 unit model tersebut.
Kendala serupa juga dialami mobil listrik Nissan lainnya, yaitu Ariya, yang sempat digadang-gadang menjadi pesaing Tesla Model Y, tetapi justru terhambat oleh masalah produksi.
Sementara itu, Honda, lebih fokus pada mobil hybrid dengan memperkenalkan seri e:HEV yang permintaannya terus melonjak di Amerika Serikat.
“Kedua perusahaan tidak memiliki penawaran EV yang menarik, dan entitas gabungan masih akan menghadapi tantangan dalam pengembangan model EV baru dan proses riset dan pengembangan di bidang teknologi,” ujar Analis Senior di Morningstar Vincent Sun.
Platform kendaraan yang terstandarisasi akan menghasilkan sinergi biaya, namun juga membutuhkan waktu untuk dikembangkan. Bahkan menurut Sun, waktu yang dibutuhkan akan lebih lama dari yang diperkirakan.
Honda dan Nissan kehilangan pasar mobil listrik di China
Peralihan ke mobil listrik, khususnya di China, membuat konsumen terfokus pada fitur berbasis perangkat lunak dan digital di dalam mobil. Hal inilah yang berusaha ditawarkan oleh produsen otomotif domestik melalui produk mobil listrik dan hybrid, sehingga penjualannya sangat masif, bahkan melampaui produsen mobil lama.
Di saat yang sama, Honda dan Nissan telah kehilangan pangsa pasar di China, yang merupakan pasar mobil terbesar di dunia. Honda melaporkan penurunan laba kuartalan sebesar 15 persen pada bulan lalu yang diikuti pengurangan jumlah tenaga kerja di China.
Sedangkan Nissan, telah mengumumkan rencana pemangkasan 9.000 pekerja di seluruh dunia dan mengurangi kapasitas produksi sebesar 20 persen karena penjualan yang menurun di China dan Amerika Serikat. Mengembalikan operasi keduanya di China tentu memerlukan risiko eksekusi yang signifikan.
(rac/mik)
[Gambas:Video CNN]