Meraup Rezeki dari Rumput Laut di Pesisir Karawang…
Tim Redaksi
KARAWANG, KOMPAS.com
– Adanya tambak, koperasi, hingga produk hilirisasi
rumput laut
di pesisir utara Karawang, Jawa Barat, mengerek perekonomian warga sekitar.
Salah satunya adalah buruh produksi rumput laut jenis
Gracilaria sp
.
Wita Irnandi (28), misalnya, sudah tujuh tahun menjadi pekerja di produksi rumput laut
Koperasi Mina Agar Laut
.
Sebelumnya, ia bekerja di salah satu pabrik di kawasan industri di Karawang.
Kini, ia bekerja di Koperasi Mina Agar Makmur yang berada di sekitar tempat tinggalnya.
Adapun jika ke tempat ia bekerja sebelumnya, waktu tempuhnya hampir dua jam. Ia pun mengaku bersyukur karena tidak harus jauh-jauh menempuh perjalanan untuk bekerja.
Meski begitu, pukul 07.00 WIB ia harus sudah ada di tempat kerja dan pulang pukul 17.00 WIB.
“Untuk upah Rp 130.000 per hari,” kata Wita.
Wita menyebut, hadirnya sentra rumput laut cukup membantu warga sekitar. Sebab, para pekerjanya juga diutamakan warga sekitar.
Selama bekerja, Wita mengaku mendapat pengalaman baru. Ia harus mempelajari sejumlah hal tentang rumput laut, mulai dari bibit hingga produk yang unggul.
Misalnya, rumput laut yang pendek dan kuning kurang bagus, sedangkan yang panjang, hitam, hingga ungu termasuk kualitas bagus.
“Kemarin juga dapat pelatihan di pabrik Agarindo,” kata Wita. Hanya saja, kata Wita, kendalanya jika cuaca mendung sebab tidak bisa menjemur rumput laut.
Kategori pekerja, berdayakan warga
Ketua Koperasi Mina Agar Laut, Usup Supriatna, menyebut, dari rumput laut, sejumlah masyarakat pun turut berdaya.
Tenaga kerja dibagi menjadi beberapa kategori. Pertama, tenaga kerja jemur dengan upah borongan ada 70 hingga 80 orang.
Kedua, 13 orang di Unit Penanganan Ikan (UPI), di mana rumput laut juga masuk.
Ketiga, lima orang di dapur kreatif yang memproduksi mi kristal rumput laut.
Ada juga tenaga kerja di Bumi Kreatif Sedari, yang saat ini libur lantaran musim hujan.
Ia menyebut, ada satu keluarga yang hidup dari rumput laut. Sang suami menjadi buruh panen dan sang istri menjadi buruh jemur.
Dalam sehari, mereka bisa memanen dan menjemur 120 kilogram rumput laut.
Jika dikalikan Rp 1.800, suami istri itu bisa memperoleh Rp 200.000 setiap hari.
Biasanya, kata Usup, dalam sehari seorang pekerja dapat menjemur 80 kilogram rumput laut.
“Artinya, hidup di pesisir dengan Rp 100.000 cukuplah. Nah, ini sebenarnya perlu didorong berbagai pihak, dari Pemda, Pemprov, dan termasuk KKP (Kementerian Perikanan dan Kelautan),” kata Usup.
Di Karawang, kata Ucup, ada 250 hektar tambak rumput laut, dengan panen 120 ton per bulan.
Namun, kini tengah menargetkan 300 ton tiap bulan.
Koperasi Mina Agar Makmur telah memiliki konsumen rutin, yakni PT Agarindo Bogatama, serta ekspor ke Jepang.
“Kami juga ada konsultan kesehatan yang rutin memesan agar setrip 10.000 pack per bulan mulai 2025. Awalnya, konsultan itu memesan 5.000 pack,” kata Usup.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Meraup Rezeki dari Rumput Laut di Pesisir Karawang… Bandung 25 Januari 2025
/data/photo/2025/01/25/6794dad390d63.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)