Menyelisik Kampung Melati di Sumenep, Sentra Ronce yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman Regional 8 Februari 2025

Menyelisik Kampung Melati di Sumenep, Sentra Ronce yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Februari 2025

Menyelisik Kampung Melati di Sumenep, Sentra Ronce yang Tetap Bertahan di Tengah Zaman
Tim Redaksi
KOMPAS.com –
Langit di Kampung Jalak, Desa Darasmista, tampak begitu cerah pada Sabtu (8/2/2025).
Sesekali kicau burung terdengar dari kejauhan dan angin yang berembus pelan mengoyang daun hijau di ranting pepohonan.
Pagi itu, para ibu-ibu di Kampung Jalak mulai memetik
bunga melati
yang masih kuncup.
Seperti hari-hari sebelumnya, kuncup bunga dengan nama Latin
Jasminum sambac
itu sengaja dipetik untuk dibuat ronce.
Asiyatul Masfufah (33), warga Kampung Jalak, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, mengungkapkan bahwa mayoritas warga di kampungnya sudah membuka jasa meronce melati sejak awal tahun 2000-an.
“Ini sudah lama, Mas. Setahu saya sekitar awal tahun 2000-an sudah ada,” katanya kepada
Kompas.com.
Asiyatul menambahkan bahwa hampir setiap rumah di Kampung Jalak memiliki sepetak hingga dua petak lahan khusus untuk menanam pohon melati, yang merupakan salah satu dari tiga bunga nasional Indonesia, juga dikenal sebagai puspa bangsa.
“Memang hampir setiap rumah punya lahan khusus menanam pohon melati,” tambahnya.
Tidak hanya di Kampung Jalak, warga di Kampung Bandungan dan Laok Songai juga melakukan hal yang sama.
Menurut Asiyatul, tiga kampung yang ada di Desa Daramista ini adalah sentra produksi ronce melati terbesar di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
Seiring berkembangnya usaha ronce melati, kini semakin banyak
home industry
yang bergerak di bidang ini.
Saat ini, lebih dari 200 orang memiliki keterampilan meronce melati, dan mayoritas adalah perempuan.
“Kebanyakan perempuan ya, karena mungkin lebih telaten,” ungkapnya.
Sejak tahun 2021, Asiyatul pun mulai mendirikan
home industry
ronce melati dengan nama Estona Melati.
Sebelumnya, ia bekerja sebagai sales gawai di salah satu toko di Kecamatan Kota Sumenep, sebelum akhirnya memutuskan untuk fokus mengembangkan usaha ini bersama adiknya, Nor Kholis Ubaidillah (24).
Kini, mereka telah menerima pesanan dari berbagai daerah di Jawa Timur.
“Pesanan yang kami terima cukup beragam. Misalnya, ronce melati untuk acara tujuh bulanan, aqiqah, melati makam seperti untuk haul di makam sunan,” kata Kholis.
Tiga kampung di Desa Daramista ini tidak hanya dikenal sebagai sentra ronce melati, tetapi juga memiliki potensi sebagai destinasi wisata alam.
Pengunjung yang datang bisa menyaksikan ibu-ibu memetik kuncup melati sambil menikmati harumnya yang semerbak.
Tidak hanya itu, wisatawan juga bisa belajar langsung cara meronce melati dari para perajin di rumah-rumah warga.
Dengan pesona keharuman bunga melati dan aktivitas meronce yang unik, Kampung Melati di Sumenep menawarkan pengalaman wisata yang berbeda dan penuh makna.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.