Jakarta (ANTARA) – Menteri Transmigrasi (Mentrans) M. Iftitah Sulaiman Suryanagara mengungkapkan, program Ekspedisi Patriot akan berlanjut pada 2026 dengan target output berupa hasil studi kelayakan (feasibility study) yang dapat dijadikan pedoman bagi calon investor di kawasan transmigrasi.
Adapun pada tahun ini, Ekspedisi Patriot tahun diikuti oleh 2.000 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan dosen senior dari tujuh universitas. Mereka diterjunkan untuk memetakan serta meriset potensi ekonomi di 154 kawasan transmigrasi.
“Harapannya tahun depan, beberapa lokasi yang akan kita kembangkan, nanti kita kirim tim ekspedisi yang kedua untuk feasibility study. Feasibility study yang tahun depan itu harus ready to offer kepada para investor,” kata Iftitah saat dijumpai ANTARA di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Selasa.
Iftitah menjelaskan, Tim Ekspedisi Patriot yang belum lama ini disebar di 154 kawasan transmigrasi tengah melakukan riset untuk pemetaan potensi ekonomi dengan output berupa pra-feasibility study. Tim gelombang pertama ini akan bertugas hingga Desember 2025.
Nantinya dengan hasil feasibility study pada tahun depan, hal ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh bagi calon investor sebelum memutuskan untuk berinvestasi di kawasan transmigrasi.
“Feasibility study, jadi sudah dihitung. Kalau di situ dibangun industri apa, kemudian kira-kira nilai investasinya berapa, kemudian risiko kerugian dan mitigasinya seperti apa, profitnya seperti apa, akan membuka lebih banyak lapangan kerja berapa,” jelas Iftitah.
Selain melanjutkan program Ekspedisi Patriot, Kementerian Transmigrasi (Kementrans) juga akan menghadirkan Beasiswa Patriot pada tahun depan. Beasiswa ini ditujukan bagi mahasiswa setingkat magister atau strata dua.
“Mereka akan terdaftar di perguruan tinggi terbaik di Indonesia, tetapi kuliahnya di kawasan transmigrasi. Jadi menggunakan metode pendidikan jarak jauh, hybrid,” kata Iftitah.
Tak hanya itu, Kementrans juga berencana untuk membangun Kampus Patriot mulai tahun depan dengan target utama di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, serta di Salor, Kabupaten Merauke, Papua Selatan.
“Kami juga sedang hitung yang ketiga ini di Sulawesi (tengah mempertimbangkan pembangunan Kampus Patriot di Sulawesi), antara Sulawesi Barat atau Sulawesi Tengah. Saya juga berkeinginan agar dibangun di Lombok, NTB, dan di NTT. Tapi kami terus berhitung menyangkut masalah troubleshooting, atau kalau terjadi apa-apa, evakuasinya seperti apa,” ungkap Iftitah.
Ia menegaskan bahwa ekosistem harus bisa dibangun, setidaknya terdapat fasilitas-fasilitas minimal yang harus dipenuhi. Bangunan fisik akan menggunakan modular box atau semipermanen dengan tetap mengedepankan kenyamanan untuk belajar.
“Jadi bukan hanya sekedar mendirikan kampus, tapi juga memastikan ekosistemnya cukup mendukung. Agar ekosistemnya itu terbentuk makin baik, makin baik, dan makin berkembang,” kata Iftitah.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
