Menteri Pertanian (Mentan) RI Amdi Amran Sulaiman (kiri) berdialog dengan petani di sela-sela panen padi di lokasi Optimasi Lahan (OPLAH) di Desa Maluka Baulin, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Selasa (18/3/2025). (ANTARA/HO-Kementan)
Mentan kecewa karena Bulog Kalsel tidak maksimal serap gabah petani
Dalam Negeri
Editor: Calista Aziza
Rabu, 19 Maret 2025 – 10:08 WIB
Elshinta.com – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman kecewa atas kinerja Pimpinan Wilayah (Pimwil) Bulog Kalimantan Selatan (Kalsel) karena tidak bekerja maksimal menyerap gabah yang mengakibatkan petani menjualnya di bawah harga pembelian pemerintah (HPP).
Berdasarkan keterangan tertulis dari Kementerian Pertanian (Kementan) diterima di Banjarmasin, Rabu, Mentan Amran menerima keluhan para petani karena Bulog Kalsel tidak maksimal menyerap gabah petani saat panen raya.
“Saya kecewa dengan Bulog Kalsel, petani menunggu kepastian harga di sawah, tapi Bulog malah menunggu di gudang. Ini tidak bisa dibiarkan, harus ada perbaikan sistem. Kalau ada yang tidak mau bekerja untuk rakyat, lebih baik minggir,” kata Amran.
Diketahui, Amran saat kunjungan kerja menghadiri panen raya petani di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalsel pada Selasa (18/3).
Amran menyoroti keluhan petani di Tanah Laut yang mengungkapkan saat ini gabah petani terpaksa dijual ke tengkulak dengan harga di bawah HPP, yaitu Rp5.300 hingga Rp5.600 per kilogram. Padahal, seharusnya HPP Rp6.500 per kilogram.
Hal ini terjadi karena Bulog Kalsel dinilai kurang responsif dan sulit dihubungi ketika petani membutuhkan kepastian penyerapan.
Petani menyebutkan Bulog susah sekali dihubungi dan jarang turun ke lapangan. Keluhan serupa juga datang dari petani lain di Tanah Laut dan sekitarnya. Ada petani yang mengaku memiliki 151 karung gabah, tetapi belum ada kepastian kapan Bulog akan membelinya sehingga menyimpan gabah di rumahnya.
Selain itu, sejumlah petani mengeluhkan Bulog Kalsel memberikan persyaratan yang terlalu ketat, seperti mewajibkan menjual gabah harus dalam kondisi kering, sehingga makin menyulitkan petani.
Bahkan, petani juga mengeluhkan pembayaran dari Bulog Kalsel yang sering terlambat hingga satu minggu, menyebabkan petani kesulitan memutarkan modal.
Situasi ini membuat banyak petani memilih menjual gabah ke tengkulak meskipun dengan harga lebih rendah, daripada harus berhadapan dengan ketidakpastian dari Bulog Kalsel.
Hal ini menjadi pukulan bagi para petani yang seharusnya bisa mendapatkan harga lebih baik sesuai dengan kebijakan pemerintah.
Karena keluhan sejumlah petani tersebut, Amran memastikan bahwa pemerintah tidak akan tinggal diam ketika petani dirugikan akibat kinerja Bulog yang lamban.
“Kita tidak bisa membiarkan petani terus dirugikan, harus ada perbaikan nyata, Bulog harus turun ke lapangan, bukan sekedar menunggu di gudang. Ke depan, kita akan terus pantau agar penyerapan gabah berjalan optimal,” tegas Amran.
Mentan Amran berharap langkah ini dapat memberikan dampak positif bagi petani, memastikan harga gabah tetap stabil, serta menjamin tidak ada lagi petani yang merasa diabaikan saat panen raya.
Amran juga memastikan pemerintah berkomitmen untuk terus mengawal kesejahteraan petani dan memastikan kebijakan yang berpihak pada petani terlaksana di lapangan.
Sumber : Antara