Liputan6.com, Jakarta Batik Dayak bukan hanya sekadar kain bermotif indah, tetapi juga identitas budaya yang menyimpan pesan leluhur. Setiap goresan kriung, sarut, hingga tumpar mengandung filosofi yang mengajarkan keteguhan, kebersamaan, serta perlindungan.
Jika tidak terus dilestarikan, warisan berharga ini berisiko tergerus oleh arus modernisasi. Kesadaran itulah yang mendorong masyarakat Kutai Barat bersama Dekranasda menghidupkan kembali seni batik tulis Dayak.
Sejak Senin (15/09/2025), sekira 30 perajin lokal mendapat kesempatan menekuni teknik membatik sekaligus memperdalam makna motif yang mereka gambar. Tujuannya bukan hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga membuka ruang ekonomi baru dari kreativitas lokal.
Ketua Dekranasda Kutai Barat, Maria Christina Moses, menegaskan kegiatan ini lebih dari sekadar pelatihan keterampilan. Ia menilai batik Dayak punya potensi besar untuk memperkuat identitas budaya sekaligus menumbuhkan ekonomi masyarakat.
“Batik tulis kita punya ciri khas, keunikan motif ini bisa diangkat kembali. Selain memberi pengalaman baru, juga membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian masyarakat,” kata Maria Christina Moses di sela-sela pelatihan.
Maria menekankan pentingnya regenerasi perajin agar warisan budaya tidak berhenti di generasi sekarang. Ia melihat bahwa pelestarian batik Dayak harus berjalan seiring dengan penciptaan peluang ekonomi baru.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin ada penerus yang mampu melestarikan sekaligus mengembangkan batik tulis khas Dayak Kutai Barat,” ujar Maria.
Dia juga menyoroti nilai filosofis dalam setiap motif yang digambar. Maria menekankan bahwa batik Dayak bukan hanya indah dipandang, tetapi juga sarat makna kehidupan.
“Motif Dayak yang kita tuangkan ke kain punya makna mendalam. Misalnya, motif tumpar mengajarkan kebersamaan dan keteguhan. Filosofi ini harus tetap kita jaga,” jelasnya.
Selain itu, Maria melihat peluang agar batik Dayak berkembang lebih luas. Ia berharap produk khas Kutai Barat mampu bersaing di pasar regional maupun nasional.
“Harapan kami, batik tulis Dayak Kutai Barat bisa menjadi produk unggulan daerah yang dibanggakan, bahkan menembus tingkat nasional,” tutur Maria.
Selama dua bulan, para perajin dibimbing Sukarni, narasumber dari Yogyakarta yang berpengalaman. Mereka diajak belajar dari tahap dasar hingga mampu menghasilkan karya yang siap dipasarkan. Motif-motif Dayak diolah menjadi corak modern tanpa meninggalkan akar tradisi.
Bagi peserta seperti Oktavianus Heri, kegiatan ini menjadi pintu baru untuk berkreasi. Ia merasa membatik ternyata bisa dipelajari dan memberi nilai tambah jika dikembangkan.
“Ternyata tidak sulit, apalagi motif Dayak yang dipakai adalah warisan leluhur kita. Saya ingin mengembangkan ini jadi peluang usaha,” ujarnya.
Dari motif yang terjaga hingga peluang usaha yang terbuka, batik Dayak kian menegaskan dirinya sebagai simbol identitas sekaligus kekuatan ekonomi masyarakat Kutai Barat.
“Batik adalah warisan nasional. Kami berharap Kutai Barat memiliki motif batik yang bisa dikenal luas, bahkan menjadi kebanggaan hingga ke tingkat nasional,” kata Head of HSEC & Community Development PT BEK, Cipto Hadi Purnomo, sebagai fasilitator.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5349827/original/063529200_1757933065-Ketua_Dekranasda_Kutai_Barat__Maria_Christina_Moses.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)