Popokan juga menjadi momen untuk mempererat tali persaudaraan di antara warga desa. Ritual ini biasanya diikuti oleh hampir seluruh anggota komunitas, mulai dari anak-anak hingga orang tua.
Setelah ritual selesai, warga sering mengadakan acara makan bersama atau kenduri, di mana mereka saling berbagi makanan yang telah disiapkan. Tradisi ini menciptakan rasa kebersamaan dan gotong royong, yang menjadi salah satu ciri khas masyarakat Jawa.
Di era modern, Tradisi Popokan mulai mengalami tantangan, terutama dengan masuknya teknologi dan perubahan cara bertani. Penggunaan pestisida dan alat-alat modern membuat tradisi ini perlahan tergeser.
Namun, di beberapa daerah, Popokan masih dipertahankan sebagai bagian dari upaya melestarikan budaya lokal. Pemerintah daerah dan komunitas budaya juga mulai melakukan berbagai upaya untuk menghidupkan kembali tradisi ini, seperti dengan mengadakan festival budaya atau menjadikan Popokan sebagai atraksi wisata.
Tradisi Popokan ini merupakan cerminan kearifan lokal masyarakat Jawa yang sarat akan makna dan nilai-nilai spiritual. Di balik kesederhanaannya, Popokan mengajarkan pentingnya harmoni antara manusia dan alam, serta nilai-nilai kebersamaan yang kuat.
Dengan melestarikan tradisi ini, kita tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menghormati kearifan yang telah diwariskan oleh leluhur selama berabad-abad.
Penulis: Belvana Fasya Saad
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5104999/original/067821300_1737519183-Tradisi_Popokan.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)