Mengenal Tepuk Sakinah: Pelepas Jenuh Pasutri Saat Pembekalan di KUA Megapolitan 27 September 2025

Mengenal Tepuk Sakinah: Pelepas Jenuh Pasutri Saat Pembekalan di KUA 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        27 September 2025

Mengenal Tepuk Sakinah: Pelepas Jenuh Pasutri Saat Pembekalan di KUA
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Pendekatan Tepuk Sakinah yang diterapkan dalam sesi bimbingan perkawinan di Kantor Urusan Agama (KUA) viral di media sosial. 
Fenomena ini menarik perhatian karena biasanya bimbingan perkawinan berlangsung serius, namun kali ini disisipi permainan edukatif.
Tepuk Sakinah menjadi cara interaktif agar calon pengantin lebih mudah memahami nilai-nilai keluarga sakinah.
Yel-yel dengan tepukan tangan ini diperagakan dalam sesi bimbingan perkawinan (bimwin) di sejumlah Kantor Urusan Agama (KUA) dan mendapat respons beragam dari peserta.
Fenomena “Tepuk Sakinah” yang belakangan viral di media sosial ternyata berawal dari pelatihan penghulu dan penyuluh agama pada 2024.
Dari forum diklat itulah muncul ide membuat yel-yel untuk membantu calon pengantin memahami lima pilar keluarga sakinah.
Penghulu KUA Menteng, Jakarta Pusat, Abdul Hakim, mengatakan, awalnya “Tepuk Sakinah” hanya berupa cara sederhana untuk menghafal poin-poin penting dalam bimbingan perkawinan.
Namun, kemudian dikembangkan lebih kreatif dengan tambahan aransemen lagu agar lebih mudah diterima calon pengantin.
“Jadi Tepuk Sakinah ini kita dapat materi, kami penghulu sama penyuluh itu di Bimtek. Dalam diklat itu ada pemateri-pemateri. Salah satu materinya itu untuk menghapalkan daripada lima pilar sakinah itu dipakai tepuk-tepuk itu,” kata Abdul saat ditemui di KUA Menteng, Jumat.
Menurut Abdul, inisiatif menambahkan aransemen lagu lahir dari kebutuhan membuat suasana bimbingan lebih segar dan tidak monoton.
“Tadinya memang tepuk sakinah ini biasa gitu. Kita kira-kira sih biar nggak gabut ya. Kita cari aransemen yang pas akhirnya ketemu lagu itu. Sehingga yang viral itu gitu lah,” ujar dia.
Tepuk Sakinah memuat lima pilar keluarga sakinah yang menjadi dasar membangun rumah tangga, yakni sebagai berikut:
Kelima pilar ini diharapkan menjadi pengingat komitmen awal pernikahan, sehingga pasangan lebih siap menghadapi pasang surut rumah tangga.
Penghulu KUA Menteng, Abdul Hakim menerangkan, setiap gerakan Tepuk Sakinah memiliki makna tersendiri.
Saat dua jari telunjuk saling menunjuk bergantian ke atas dimaknai sebagai zawaj atau berpasangan.
Gerakan itu menggambarkan suami dan istri harus menyadari bahwa mereka adalah pasangan yang saling melengkapi dan memiliki peran masing-masing dalam keluarga.
Lalu ketika lantunan “janji kokoh janji kokoh, janji kokoh” terdengar, kedua tangan yang saling mengunci jari menggambarkan mitsaqon gholidzo, yaitu janji kokoh yang menjadi fondasi pernikahan. ‘
“Janji janji kokoh janji kokoh ini kan mitsaqon gholidzo,” kata Abdul sambil menirukan gerakan.
Makna ini menekankan bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang harus dijaga dan dipegang teguh oleh suami dan istri, seperti janji yang kokoh.
Gerakan berikutnya cukup panjang, yakni membentuk tanda hati dengan tangan, memberi hormat, menepuk bahu, lalu menyilangkan tangan di dada.
“Saling cinta saling hormat kemudian saling jaga itu artinya mu’asyarah bil ma’ruf,” ucap dia.
Semua rangkaian itu melambangkan mu’asyarah bil ma’ruf atau sikap saling cinta, saling hormat, dan saling menjaga.
Suami dan istri harus memperlakukan satu sama lain dengan baik, penuh kasih sayang, dan saling menghormati.
Setelah itu, jari yang membentuk tanda “OK” diikuti gerakan memberi salam melambangkan sakinah itu sendiri, ketenteraman, kenyamanan, dan kedamaian.
“Pesan moralnya, keluarga harus dibangun di atas cinta, musyawarah, dan saling ridho. Jangan sampai setelah menikah kecewa lalu menyalahkan pasangan, tapi harus menerima takdir Allah dengan ridho,” kata Abdul.
Berikut lirik lagu Tepuk Sakinah:
Berpasangan, berpasangan, berpasangan
Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh
Saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho
Musyawarah, untuk sakinah…
Berpasangan, berpasangan, berpasangan
Janji kokoh, janji kokoh, janji kokoh
Saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho
Musyawarah, untuk sakinah…
Saling cinta, saling hormat, saling jaga, saling ridho
Musyawarah, untuk sakinah…
Penghulu KUA Menteng, Abdul Hakim, menjelaskan lagu Tepuk Sakinah mengandung makna dari lima pilar sakinah yakni zawaj (berpasangan), mitsaqon gholidzo (janji yang kokoh), mu’asyarah bil ma’ruf (saling cinta, saling hormat, saling jaga), musyawarah, dan taradhin (saling ridho).
1. Zawaj. Gerakan itu menggambarkan suami dan istri harus menyadari bahwa mereka adalah pasangan yang saling melengkapi den memiliki peran masing-masing dalam keluarga.
2. Mitsaqon Gholidzo. Menekankan bahwa pernikahan adalah ikatan suci yang harus dijaga dan dipegang teguh oleh suami dan istri, seperti janji yong kokoh.
3. Mu’asyarah bil ma’ruf. Berarti suami dan istri harus memperlakukan satu sama lain dengan baik, penuh kasih sayang, dan saling menghormati.
4. Musyawarah. Memiliki arti bahwa setiap permasalahan sebaiknya diselesaikan melalui musyawarah bersama.
5. Taradhin. Berarti suami dan istri harus saling ridha dan menerima kekurangan masing-masing untuk menciptakan keluarga yang harmonis.
“Pesan moralnya, keluarga harus dibangun di atas cinta, musyawarah, dan saling ridho. Jangan sampai setelah menikah kecewa lalu menyalahkan pasangan, tapi harus menerima takdir Allah dengan ridho,” ujar Abdul.
Kepala KUA Tambun Selatan Agus Salim menjelaskan, Tepuk Sakinah digunakan sebagai ice breaking agar peserta tidak jenuh mengikuti bimbingan perkawinan yang rutin digelar setiap Selasa pukul 08.00–12.00 WIB.
Tepuk Sakinah sejatinya adalah cara agar calon pengantin bisa memahami pilar keluarga sakinah dengan melalui lagu, sehingga diharapkan bisa lebih mudah dimengerti.
“Kalau bisa tahu Tepuk Sakinah ya agar bisa lebih mudah mengingat pilar keluarga sakinah,” ujar Agus.
Riko (23), salah satu calon pengantin yang mengikuti bimwin di KUA Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, menilai Tepuk Sakinah bisa membantu menjaga pikiran positif dalam membangun rumah tangga.
“Menurut saya itu cukup membantu sih buat berpikir positif terus lah walaupun kadang ada yang dibuat konten kayak menghindari masalah, tapi cukup bagus untuk meredakan emosi,” ucap Riko.
Namun, Riko menekankan bahwa Tepuk Sakinah lebih sebagai hiburan dan pengingat. Menurut dia, membangun keluarga sakinah tetap membutuhkan usaha nyata dari pasangan suami-istri.
“Sakinah itu kan doa kita, harapan kita. Ya, untuk ke depannya bagaimana kita dan pasangan menjalaninya nanti. Tapi setidaknya dengan Tepuk Sakinah itu muncul harapan kita kehidupan rumah tangga yang baik, tak ada perceraian,” kata dia.
Pendapat berbeda disampaikan catin lain, Dhika (30). Ia menilai Tepuk Sakinah tidak relevan untuk membangun keluarga sakinah.
“Kalau kayak begitu seperti bermain-main dengan adanya Tepuk Sakinah. Namun, untuk makna dalamnya memang bagus. Tapi kenapa harus ada tepuk-tepuk kayak begitu, seperti bermain-main,” ujar Dhika.
Menurut dia, fondasi keluarga yang sakinah sebaiknya diperkuat dengan wejangan orang tua yang sudah lebih dulu berpengalaman dalam menjalani pasang surut rumah tangga.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.