Menanti strategi DKI untuk atasi bau sampah RDF Rorotan

Menanti strategi DKI untuk atasi bau sampah RDF Rorotan

Jakarta (ANTARA) – Sampah dan bau. Bak belahan jiwa yang sulit dipisahkan. Pun dengan sampah di fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau “Refuse Derived Fuel” (RDF) atau sebut saja pabrik RDF.

Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno mengakui hampir mustahil tempat pengolahan sampah tidak berbau.

Memang benar, bahkan saat sampah tak ada di sana pun bau masih tercium. Ini seperti yang terjadi saat bunker di RDF Rorotan sedang kosong sejak 24 Maret lalu hingga setidaknya pada Selasa (26/3).

Kepala Unit Pengelolaan Sampah Terpadu (UPST) Dinas LH DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko, mengatakan bau di fasilitas RDF padahal tak ada kegiatan operasional di sana berasal dari sisa sampah yang menempel pada alat atau mesin. Bau ini tak akan keluar dari fasilitas.

Bau di dalam fasilitas merupakan hal wajar. Tapi lain cerita bila bau itu lari keluar sampai terhirup warga sekitar.

Inilah pengalaman warga di 18 RT atau sekitar 25.000 kepala keluarga (KK) yang tinggal 800 meter dari RDF Rototan, Cilincing, Jakarta Utara.

Mereka mencium bau busuk dari fasilitas hampir dua bulan terakhir atau sejak awal Februari. Bukan hanya bau sampah, yang tercium juga bau pestisida, sabun, dan zat kimia.

Bau ini sampai pada hidung tak tentu waktunya. Kadang pagi, siang, sore atau bahkan malam hari tergantung arah angin.

Selain bau busuk, warga juga melihat asap hitam pekat dari cerobong pabrik dan polutan plastik sisa pembakaran.

Masalah tak sampai di situ, karena belakangan ada laporan bahwa sejumlah orang terkena infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan radang selaput mata.

Warga kemudian melayangkan protes termasuk melakukan aksi demo di depan gedung fasilitas RDF Rorotan.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta pun bergeming. Gubernur Jakarta Pramono Anung menginstruksikan jajaran untuk mengosongkan sampah di bunker serta produk RDF di gudang produksi yang mencapai sekitar 600 ton.

Bunker di gedung fasilitas pengolahan sampah menjadi bahan bakar atau “Refuse Derived Fuel” (RDF) Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (25/3/2025). (ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha)

Penghilang bau

Fasilitas RDF Rorotan yang berada di Cilincing, Jakarta Utara bersebelahan dengan tempat pemakaman umum (TPU) Rorotan di sisi selatan, lalu area sawah di sisi barat dan utara. Sementara pada sisi timur, terdapat perumahan warga dengan jarak terdekat 150-250 meter.

Fasilitas ini memiliki satu area atau dinamai hanggar, yang merupakan tempat menyimpan residu, lokasi tiga bunker hingga produk RDF dengan total luas sekitar 25.000 m2 atau 2,5 hektar.

Pada prinsipnya, ketika sampah masuk maka dilakukan pemilahan, pencacahan, dan pengeringan. Dalam sehari, pabrik bisa menampung sebanyak 5.000 ton sampah dan mengolah 2.500 ton di antaranya agar menjadi RDF.

Dari 2.500 ton sampah yang diolah, sekitar 875 ton adalah produk RDF. Pengolahan menjadi produk RDF bisa dilakukan dalam satu jam.

Berbagai alat juga sebenarnya disiapkan untuk mengendalikan limbah termasuk bau dan asap. Khusus bau, ada sistem pengendalian baru meliputi alat bernama deodorizer yang dilengkapi teknologi ozonisasi.

Deodorizer ditempatkan di dekat area bunker. Menurut rencana, alat ini juga akan ditaruh di area proses, gudang proses, dan gudang residu.

Ada juga alat sterilisasi sinar ultraviolet yang dikatakan mampu menetralkan bau, seperti amonia dan hidrogen sulfida melalui proses oksidasi. Selain itu, terdapat filter karbon aktif untuk menyerap partikel bau yang tersisa.

Untuk penanganan asap dan emisi, digunakan alat bernama cyclone web scrubber, teknologi cyclone dan wet scrubber yang dapat menyaring udara atau asap dari hasil pembakaran sebelum dilepaskan ke lingkungan.

Kedua teknologi ini memastikan udara yang keluar dari fasilitas sudah dinetralkan, sehingga tidak menimbulkan bau dan emisi yang membahayakan lingkungan.

Lalu, untuk menjaga kebersihan dan memastikan RDF Plant Jakarta beroperasi sesuai standar, terdapat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dilengkapi tangki ekualisasi, tangki koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, serta kolam anaerobik dan tangki filtrasi pasir.

Ini agar air limbah hasil operasional dapat digunakan kembali untuk pencucian truk dan penyiraman tanaman di sekitar fasilitas.

Selain itu, di luar area hanggar, pohon-pohon ditanam termasuk bambu. Tujuannya, untuk mereduksi bau agar tidak keluar dari fasilitas.

Upaya lainnya, yakni ditetapkan aturan bahwa truk pengangkut sampah yang boleh masuk RDF hanya yang berjenis compactor, karena dilengkapi penampung air lindi (limbah cair dari tumpukan sampah), sehingga air tidak tercecer.

Tapi, pada suatu hari di pertengahan Februari, bau sampah keluar fasilitas dan tercium warga di perumahan sekitar.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto, penyebab utama bau yang dikeluhkan warga berasal dari sampah lama dalam proses uji coba pada 10 Februari 2025. Sampah itu berada lebih dari satu bulan terendap di bunker dan saat uji coba memang menimbulkan bau cukup mengganggu.

Di sisi lain, bau yang muncul disebabkan pengaturan unit Advanced Oxidation Process (AOP) atau proses oksidasi pada deodorizer (penghilang bau) belum beroperasi penuh.

Lalu, sesuai instruksi Gubernur Jakarta Pramono Anung, akhirnya bunker sampah dikosongkan. Supaya paling tidak, sampah yang sudah tertumpuk lama bisa dikeluarkan sehingga tak lagi menimbulkan bau.

Selain itu, tiga Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) bergerak juga ditambahkan yakni di kawasan Metland, Cakung Timur, dan Harapan Indah, Bekasi, dan Jakarta Garden City (JGC) untuk memantau kualitas udara secara lebih komprehensif. Dengan begitu, saat ini terdapat empat SPKU termasuk yang berada di dalam fasilitas RDF.

Uji coba pun nantinya dilakukan bertahap yakni tanpa beban (tak ada sampah), dengan beban tapi tidak penuh, dan dengan beban penuh atau 2.500 ton sampah.

Warga di sekitar RDF Rorotan rencananya juga akan diundang, tak seperti pada uji coba pertama.

Diharapkan, dengan berbagai penyempurnaan dari sisi alat dan berbagai tahapan uji coba, fasilitas RDF Rorotan rampung dan dapat beroperasi resmi pada Juli 2025.

Produk Refuse Derived Fuel (RDF) yang dihasilkan fasilitas RDF Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa (25/3/2025). ANTARA/Lia Wanadriani Santosa

Halaman selanjutnya: Warga tak menolak asalkan…

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2025