TRIBUNNEWS.COM – Baru-baru ini Rusia berhasil mendapatkan kemenangan menentukan di wilayah Kursk yang diduduki pasukan Ukraina.
Kursk diserbu pasukan Ukraina dalam serangan mendadak tujuh bulan lalu. Saat itu sebagian wilayah Kursk jatuh ke tangan Ukraina dan pasukan Rusia terpaksa mundur.
Namun, kali ini situasi berbalik karena pasukan Ukrainalah yang harus mundur. Pertahanan Ukraina di Kota Sudzha yang berada di Kursk sudah jatuh.
Media Russia Today mengungkapkan strategi Rusia menyerang balik tentara Ukraina di wilayah Kursk.
Setelah serangan-serangan Ukraina berakhir pada bulan Oktober 2024, pasukannya beralih ke posisi bertahan.
Pasukan Ukraina secara perlahan mulai kehilangan wilayah yang didudukinya di Kursk.
Kendali Ukraina atas wilayah itu juga sudah terpecah-pecah dan tidak lagi menjadi ancaman yang harus segera ditangani Rusia.
RUSIA REBUT WILAYAH – Tangkapan layar dari YouTube DW News pada Rabu (12/3/2025) memperlihatkan wilayah yang kembali direbut Rusia dari pasukan Ukraina. (Tangkapan layar dari YouTube DW News)
Pada penghujung tahun 2024, Rusia memilih memfokuskan serangan di wilayah Donbass.
Akan tetapi, pada awal tahun ini Rusia mulai mengintensifkan serangan ke Sudzha. Ukraina berusaha menguatkan pertahanannya.
Di sisi lain, Rusia menggunakan strategi yang sangat baik seperti yang digunakan di Donbass. Strategi itu adalah mengepung tentara Ukraina dari tiga penjuru, memutus jalur perbekalan, dan membuat tentara Ukraina tumbang dengan cara perang atrisi.
Masa titik balik dimulai setelah pada pertengahan Februari kemarin pasukan Rusia berhasil membebaskan Kota Sverdlikovo dan menyeberangi Sungai Lokanya. Rusia berhasil mendapatkan akses ke jalur perbekalan utama pasukan Ukraina dari Sumy ke Kursk.
Situasi menjadi sangat buruk bagi Ukraina. Laporan Ukraina juga menyebut tentara Rusia unggul jauh.
“Karena pasukan Rusia kini beroperasi di wilayah Ukraina, perbatasan teritorial menjadi tidak relevan, kebutuhan militer mendikte pergerakan,” kata Russia Today.
PUTIN – Foto ini diambil pada Kamis (13/3/2025) dari Kepresidenan Rusia memperlihatkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Rusia Valery Gerasimov (tidak terlihat dalam foto) di pos komando Rusia di Kursk pada Rabu (12/3/2025). (Kremlin)
Serangan ke Sudzha
Fase aktif serangan dimulai tanggal 7 Maret. Pasukan Rusia menyerang jalur perbekalan tentara Ukraina dan perlintasan penting sembari melancarkan serangan dari berbagai penjuru.
Rusia bahkan menyerbu ke perbatasan di selatan untuk memutus jalur perbekalan sekunder ke Sudzha. Meski tentara Rusia kemudian mundur, serangannya sudah menyebabkan kekacauan parah dalam perbekalan Ukraina.
Berbeda dengan perang panjang di Donbass, perang yang dilakukan Rusia di Sudzha mengutamakan faktor kecepatan, kejutan, dan penghancuran jaringan perbekalan Ukraina secara sistematis.
Puncak operasi militer adalah “operasi pipa” tanggal 8 Maret. Dalam operasi itu ada 800 tentara Rusia yang merusak rantai perbekalan Ukraina.
Pada penghujung hari itu Rusia sudah berhasil menguasai area-area industri penting di utara dan timur Sudzha.
Sementara itu, pasukan Ukraina berupaya mundur ke arah Sudzha demi menstabilkan garis pertahanan dan memperpanjang pertempuran.
Akan tetapi, pada tanggal 10 Maret pertahanan Ukraina mulai tampak jatuh. Satuan-satuannya mundur. Beberapa lari ke perbatasan dan meninggalkan peralatan militer.
Dua hari kemudian pasukan Rusia sudah menguasai zona industri, pinggiran, dan pusat pemerintahan di Sudzha.
The Moscow Times melaporkan per tanggal 13 Maret, Rusia sudah sukses merebut kembali Sudzha yang diduduki pasukan Ukraina selama 7 bulan.
“Satuan-satuan pasukan ‘Sever’ membebaskan pemukiman di Meloyov, Podil, dan Sudzha saat serangan,” kata Kementerian Pertahanan Rusia di Telegram.
PERTEMPURAN DI KURSK – Pasukan Ukraina di Kursk, Rusia, yang berbatasan dengan Ukraina. (Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina)
Pasukan Ukraina awalnya menduduki wilayah seluas 1.376 km persegi di Kursk setelah melancarkan serangan mendadak pada bulan Agustus tahun lalu.
Ukraina berharap bisa memanfaatkan Kursk sebagai alat untuk menekan Rusia dalam perundingan perdamaian yang akan datang. Namun, harapan itu tidak terpenuhi.
Adapun Sudzha adalah satu-satunya pemukiman besar di Kursk yang diduduki Ukraina setelah serangan pada bulan Agustus.
Oleksander Syrsky, seorang panglima militer top Ukraina, pada hari Rabu mengatakan pertahanan Ukraina nyaris dihancurkan total oleh serangan udara Rusia.
Dia mengatakan pasukan Ukraina akan berusaha mempertahankan pertahanannya di sisa-sisa wilayah Kursk yang masih diduduki “sepanjang itu cocok dan dibutuhkan”.
(*)