Membaca puisi cinta pada pusara Maria van de Velde di Pulau Onrust

Membaca puisi cinta pada pusara Maria van de Velde di Pulau Onrust

Jakarta (ANTARA) – Pohon besar berdiri kokoh di sudut kompleks pemakaman Belanda di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta. Rindang pohon memayungi beberapa makam berusia ratusan tahun di area yang berada tepat di tepi laut itu.

Jakarta yang bising tak akan terdengar dari pemakaman ini. Hanya ada desir ombak dan gemulai angin laut yang membuat ranting dan daun pepohonan bergemericik.

Dilihat dari dekat, makam-makam itu cukup mencolok dari warna pasir pantai. Sebagian besar makam dibuat dengan susunan batu bata berpenampang serupa segitiga dan trapesium. Sebagian lagi dibuat dari cor semen dan pasir yang mulai menghitam akibat dikikis zaman.

Dari banyaknya makam yang ada di Pulau Onrust, satu makam nampak istimewa. Pasalnya, makam itu berpuisi. Puisi sakit hati, puisi cinta berusia lebih dari tiga abad yang ditulis oleh kekasih penghuni makam.

Maria van de Velde, wanita Belanda yang meninggal di Pulau Onrust pada usia 28 tahun, rupanya punya kekasih yang ingin membuatnya abadi.

Kompleks pemakaman Belanda di Pulau Onrust, Kepulauan Seribu, Jakarta, Jumat (24/10/2025). ANTARA/Risky Syukur/am.

Puisi itu tertulis dalam aksara Belanda yang memenuhi permukaan atas makam. Kendati badan makam yang mulai menghitam serta tepi-tepiannya mulai pecah termakan usia, puisi cinta itu menolak kehilangan satu aksara pun.

Tertulis dalam Bahasa Belanda, tapi pengelola Pulau Onrust menempatkan terjemahan dalam Bahasa Indonesia, tepat di samping makam. Dengan demikian, wisatawan dapat membaca keindahan puisi itu.

(1693-1721)

Maria van de Velde

Mayatnya dikubur, walaupun ia pantas hidup bertahun-tahun lamanya,
seandainya Tuhan berkenan demikian.

Namun rupanya, Johova menghalangi itu dengan kematian (nya).

Maria hilang, Maria tak ada lagi! Bukan! Saya tarik kembali kata itu.

Karena diucapkan tanpa pikir panjang.
Maka semoga kelancanganku langsung didenda!

Kini Maria baru sungguh-sungguh hidup, sejak hidup dekat dengan Tuhannya.

Lahir di Amsterdam tanggal 29 Desember 1693. Meninggal pada tanggal 19 November 1721 di Onrust

Seorang wisatawan membacakan puisi itu dengan terbata-bata. Nampaknya tak kuasa ia membaca sambil mengagumi pesan cinta dari ukiran pusara itu. Usai puisi dibacakan, para wisatawan mengambil jeda sepersekian detik, hingga akhirnya pecah decak kagum.

Tak ketinggalan mereka menghunus gawainya masing-masing untuk mengabadikan potret puisi cinta tersebut. Tak perlu menjadi penyuka puisi untuk mengagumi keindahan puisi sederhana tapi mendalam itu.

Di bawah terik Pulau Onrust, semua mata dan telinga terpukau: beginikah indahnya mencintai di zaman dulu? Maka apa yang terjadi ketika manusia meninggal?

Satu hal yang pasti, orang yang mencintai kita akan merindu. Maria van de Velde adalah bukti puitis dari kerinduan itu.

Hingga kini, tak ada yang tahu siapa nama kekasih Maria. Ia tak ingin memasukkan namanya pada puisi indah itu. Barangkali, ia hanya ingin dikenang sebagai pecinta tanpa nama. Biarlah puisi itu saja yang menggantikan namanya. Lagi pula, bukankah puisi itu abadi?

Menurut cerita pemandu wisata Pulau Onrust bernama Rosadi, Maria adalah satu dari sekian banyak orang yang saat itu meninggal akibat penyakit daerah tropis, seperti malaria.

Beberapa versi masyarakat lokal menyebut Maria meninggal karena faktor lain, seperti bunuh diri. Namun, kata Rosadi, mayoritas penduduk Pulau Onrust saat itu kebanyakan meninggal di usia muda lantaran terserang penyakit tropis.

Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.