Dugaan kuat mengarah pada kesalahan pemilihan bahan makanan mentah dan matang yang menyebabkan kontaminasi silang.
Menanggapi hal ini, Reza Amalia, Ahli Gizi SPPG, tidak membantah adanya kendala ruang. Ia menegaskan bahwa praktik tersebut hanya insidental.
“Sejatinya, untuk pemisahan bahan makanan mentah dan matang itu terpisah. Cuma kemarin karena sedang ada pemorsian dan kebetulan bahan akhir buah itu banyak sekali, jadi digeser dulu ke gudang basah, ini sementara,” terang Reza.
“Tapi untuk sehari-hari kita tidak pernah menyatukan bahan mentah dan bahan matang di dalam satu tempat,” tambahnya.
Mencegah insiden serupa, pihaknya memastikan akan memperketat pengawasan.
“Mitigasi yang dilakukan pasti tetap akan dipisahkan. Jadi bagaimanapun, sekecil apapun ruangan yang ada, bahan mentah dan bahan matang tetap harus dipisahkan,” tegasnya.
Untuk menjamin standar operasional, ia juga menyebutkan bahwa semua relawan telah mengantongi sertifikasi penjamah makanan dan mendapat pelatihan sebulan sekali.
Di balik insiden ini, terkuak bahwa dapur SPPG Cibadak adalah ‘dapur raksasa’ yang melayani 4 sekolah dan 1 posyandu, dengan total 3.980 porsi per hari.
Porsi terbesar ke SMKN 1 Cibadak dengan 2.192 porsi (disajikan pukul 11.30 WIB). Sisanya dibagi ke SMPN 3 Cibadak (833 porsi), SDN 1 Karang Tengah (738 porsi), PAUD Quran Adzikru (27 porsi), dan Posyandu (190 porsi). Dengan rentan waktu distribusi mulai pukul 08.00 WIB hingga 10.00 WIB.
Dapur dengan luas bangunan 500 meter persegi ini terbagi menjadi empat ruang utama: persiapan, pengolahan, pemorsian, dan pencucian alat (ompreng).
Selain itu, mereka juga menjamin kebutuhan gizi dengan mempertimbangkan makro gizi (kalori, karbohidrat, protein, lemak) dan mikro gizi (natrium, gula, lemak, vitamin, mineral).
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5362834/original/070652500_1758875633-116954.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)