Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Melestarikan Bahasa Daerah Kerinci Lewat Festival Tunas Bahasa Ibu

Melestarikan Bahasa Daerah Kerinci Lewat Festival Tunas Bahasa Ibu

Bahasa daerah Kerinci di ujung barat Provinsi Jambi kini terancam punah, menurut penelitian Balai Bahasa Jambi. Bahasa daerah Kerinci rentan terhadap kepunahan karena penuturnya (suku Kerinci) yang sedikit. 

Penelitian yang dilakukan Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahasa Kerinci tergolong bahasa daerah yang terancam punah karena hanya kalangan orang tua yang menjadi penuturnya.

Disamping itu sekarang ini banyak anggota masyarakat Kerinci di Sungai Penuh yang lebih memilih menggunakan bahasa dari daerah lain alih-alih menggunakan bahasa Kerinci.

Revitalisasi Bahasa Kerinci menjadi sangat penting supaya bahasa ini terus lestari ditengah gempuran arus globalisasi dan generasi muda enggan menggunakannya dalam sehari-hari.

Revitalisasi itu juga sebagai upaya untuk mempertahankan atau memperluas penggunaan bahasa Kerinci. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi bahasa Kerinci, di antaranya: Bimbingan teknis revitalisasi bahasa Kerinci, Pengimbasan materi bahan ajar cerpen bahasa Kerinci. 

Tujuan revitalisasi bahasa pada umumnya adalah untuk memperluas jumlah penutur bahasa; mempertahankan tingkat penggunaan bahasa; melindungi bahasa dari kepunahan. 

Berdasarkan Peta Bahasa Kemendikbud disebutkan bahwa bahasa Kerinci dituturkan di Desa Pengasih Lama, Kecamatan Bukitkerman; Desa Koto Tuo Ujung Pasir, Desa Seleman, Kecamatan Danau Kerinci; Desa Hiang tinggi, Kecamatan Sitinjau Laut; Desa Koto Lebu dan Desa Koto Lolo, Kecamatan Pondong Tinggi; Desa Sungaiabu, Kecamatan Kerinci; Desa Belui, Kecamatan Air Hangat Timur; serta Desa Mukai Tinggi dan Desa Sung Betung Ilir, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci.

Bahasa Kerinci terdiri atas tujuh dialek, yaitu (1) dialek Gunung Raya, (2) dialek Danau Kerinci, (3) dialek Sitinjau Laut, (4) dialek Sungai Penuh, (5) dialek Pembantu Sungai Tutung, (6) dialek Belui Air Hangat, dan (7) dialek Gunung Kerinci. 

Berdasarkan penghitungan dialektometri, persentase perbedaan ketujuh dialek tersebut berkisar 51% -65,50%. Isolek Kerinci merupakan sebuah bahasa dengan persentase perbedaan berkisar 81%-100% jika dibandingkan dengan bahasa Bengkulu dan Minangkabau.