TRIBUNNEWS.COM – Yordania diklaim menyodorkan usul pengasingan atau pembuangan 3.000 anggota Hamas dan sayap militernya ke luar Jalur Gaza.
Pengasingan dikatakan sebagai upaya untuk mengakhiri perang yang kini berkobar lagi di tanah Palestina itu.
Klaim itu disampaikan oleh Middle East Eye atau MEE dalam artikelnya yang terbit pada Minggu (23/3/2025).
Middle East Eye adalah sebuah media yang bermarkas di Kota London, Inggris, dan diduga punya kaitan dengan pemerintah Qatar.
Media itu mengaku mendapatkan narasumber dari Amerika Serikat (AS) dan Palestina yang diberi tahu mengenai usul Yordania.
Dalam usul itu, ada pula permintaan agar senjata Hamas dan faksi perlawanan lainnya di Gaza dilucuti.
Jika hal itu dilakukan, kekuasaan Hamas di Gaza akan berakhir dan digantikan oleh Otoritas Palestina (PA).
Menlu Yordania disebut membantah
Husna Radio melaporkan Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi telah membantah klaim rencana pengasingan anggota Hamas.
Menurut radio itu, Safadi menyatakan Yordania tidak mengubah sikapnya dalam persoalan Palestina. Yordania juga menolak pengusiran warga Palestina dari Gaza maupun Tepi Barat.
Kemenlu Yordania memilih bungkam ketika dimintai konfirmasi oleh Middle East Eye mengenai pernyataan Safadi.
Yordania dan Mesir dilaporkan sudah ditekan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump agar bersedia menerima warga Palestina dari Gaza.
Namun, bulan lalu narasumber Middle East Eye mengklaim Yordania siap berperang jika warga Palestina dipindahkan paksa dari Gaza. Yordania menginginkan solusi damai.
Mesir juga sodorkan usul baru
Seperti Yordania, Mesir dikabarkan menyodorkan usul baru guna mengakhiri serangan-serangan teranyar Israel di Gaza.
Seorang narasumber Associated Press menyebut jika usul itu disepakati, perang di Gaza bisa dihentikan atau diberi jeda selama beberapa minggu.
“Hamas akan membebaskan lima sandera yang masih hidup, termasuk seorang yang berkewarganegaraan Amerika-Israel, sebagai ganti atas Israel yang mengizinkan bantuan masuk ke Jalur Gaza dan jeda pertempuran beberapa minggu,” kata narasumber itu.
Usul itu juga menyertakan syarat pembebasan ratusan warga Palestina yang dibui di penjara-penjara Israel.
Sementara itu, Reuters mengabarkan Mesir juga telah mengusulkan jadwal pembebasan semua sandera sebagai ganti atas penarikan penuh tentara Israel dengan jaminan dari AS.
Dalam usul itu, akan ada pembebasan lima sandera per minggu dengan syarat Israel mulai menerapkan tahap kedua gencatan senjata. Seorang pejabat Hamas dilaporkan menyambut positif usul Mesir itu.
Steve Witkoff, utusan AS untuk Timur Tengah, juga menyodorkan sebuah usul. Dia disebut meminta pembebasan sekitar lima sandera Israel dan sembilan jenazah sandera. Sebagai imbalannya, akan ada perpanjangan gencatan selama beberapa minggu dan bantuan kemanusiaan kembali mengalir.
Tidak diketahui dengan pasti apakah usul Witkoff itu menyertakan pembebasan warga Palestina yang ditahan Israel.
Media asal Lebanon, Al Akhbar, mengklaim Mesir sudah sepakat untuk menerima 500.000 warga Palestina dari Gaza. Namun, klaim itu dibantah Mesir.
(*)