Investigasi Media AS: Aturan Main di Gaza Berubah, Tiap Tentara Israel Dibolehkan Bunuh 20 Warga Sipil
TRIBUNNEWS.COM – Investigasi komprehensif yang dilakukan media Amerika Serikat (AS) New York Times dan dilaporkan oleh surat kabar Ibrani, Maariv mengungkapkan perubahan perintah dan komando di militer Israel (IDF) yang terjadi setelah serangan Banjir Al Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam.
Instruksi baru bagi personel IDF ini disebutkan ‘mengubah aturan main’ di Gaza.
Maariv, mengutip laporan Times tersebut, melaporkan kalau tepat pada pukul satu siang tanggal 7 Oktober 2023, pimpinan senior militer Israel mengeluarkan perintah baru.
Perintah baru ini mengizinkan perwira IDF tingkat menengah memiliki wewenang -belum pernah terjadi sebelumnya- untuk mengizinkan serangan yang dapat mengakibatkan kematian warga sipil menjadi 20 orang.
Sebagai catatan, aturan baru ini menaikkan tingkat toleransi pembunuhan warga sipil secara drastis.
Sebelumnya, batas maksimum ‘collateral damage’ berupa kematian warga sipil Palestina yang diperbolehkan dalam operasi adalah 5 warga sipil.
“Artinya, mereka yang dianggap sebagai anggota milisi dan pejuang perlawanan Palestina bisa menjadi target serangan sah bahkan ketika para terduga ini sedang berada di rumah bersama keluarga mereka,” kata laporan tersebut dikutip Khaberni, Kamis (26/12/2024).
Metode ini menjelaskan mengapa Tentara Israel membunuh banyak warga sipil Palestina dalam setiap serangan mereka.
IDF mengklaim, setiap serangan yang menyasar fasilitas sipil, baik sekolah, rumah sakit, atau bahkan tenda-tenda pengungsian, menyasar anggota milisi Palestina yang mereka sebut membaur dengan warga sipil.
Metode ini dianggap PBB dan dunia internasional sebagai aksi genosida dan pembersihan etnis dan menuntut Israel dengan tuduhan kejahatan perang.
Namun Israel bergeming dan tetap melanjutkan pembantaian mereka dengan dalil kalau warga sipil Palestina yang terkena serangan mereka sekadar collateral damage, korban tambahan yang tidak terhindarkan.
Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri cadangan melakukan patroli di wilayah Gaza Utara yang tampak rata tanah. Meski sudah beroperasi berbulan-bulan, IDF belum mampu membongkar kemampuan tempur Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas yang menjalankan taktik gerilya hit and run. (khaberni/HO)
Sasar Pemuda di Bawah Batas Usia Dewasa
Menurut laporan investigas media AS tersebut, tentara pendudukan Israel juga secara signifikan memperluas cakupan sasaran para pemuda di bawah umur.
“IDF mengizinkan serangan terhadap aktivis muda Hamas dan Jihad Islam Palestina (PIJ). Pada minggu-minggu pertama perang, Angkatan Udara Israel khususnya, menggunakan bom berat dengan berat 450 dan 900 kg, yang mencakup sekitar 90 persen amunisi,” kata tulisan khaberni mengutip New York Times.
Pejabat senior di angkatan bersenjata Israel menjelaskan, perubahan aturan tersebut dilakukan dengan latar belakang perasaan akan adanya bahaya yang muncul setelah serangan tanggal 7 Oktober, dan ketakutan akan munculnya front lain di utara.
Menurut mereka, instruksi baru itu dilakukan karena perang yang terjadi saat ini belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak seperti konflik-konflik sebelumnya.
“Menurut investigasi, pada bulan November 2023, dengan latar belakang meningkatnya kritik internasional, tentara Israel mulai memperketat peraturannya lagi. Ada perubahan perintah ,di antaranya, jumlah warga sipil yang dapat terkena ‘colleteral damage’ saat serangan menurun menjadi 10 orang,” tulis Khaberni.
“Namun, aturan-aturan ini juga masih lebih keras dibandingkan dengan periode sebelum perang,” tambah laporan itu.
Para korban dirawat di dalam rumah sakit Kamal Adwan di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, setelah serangan Israel di sekitar kompleks medis tersebut pada tanggal 6 Desember 2024, saat perang antara Israel dan kelompok militan Hamas Palestina berlanjut. (Photo by AFP) (AFP/-)
Korban Meninggal Tembus 45.361 Jiwa
Adapun serangan Israel terhadap Gaza, per Kamis telah memasuki hari ke-447, dengan pasukan IDF terus melakukan pemboman hebat di berbagai wilayah Jalur Gaza yang terkepung.
Serangan agresi ini mengakibatkan puluhan korban sipil.
Sumber-sumber Palestina melaporkan Kamis pagi kalau pesawat tempur ‘Israel’ secara langsung menargetkan kendaraan yang membawa wartawan di luar gerbang selatan Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat, Gaza tengah.
Pusat Informasi Palestina mengonfirmasi bahwa lima wartawan tewas dalam serangan terhadap kendaraan di dekat Rumah Sakit Al-Awda di kamp pengungsi Nuseirat.
Koresponden RNTV, mengidentifikasi jurnalis yang terbunuh itu sebagai Faisal Abu Al-Qumsan, Fadi Hassouna, Ayman Al-Jadi, Ibrahim Al-Sheikh, dan Ali Mohammad Al-Da’a.
Secara terpisah, direktur Rumah Sakit Kamal Adwan melaporkan bahwa pasukan Israel meledakkan sekitar 10 perangkat robotik di dekat rumah sakit, menyebabkan kerusakan parah pada pintu, penghalang internal, dan jendela.
Kementerian Kesehatan Gaza mengumumkan bahwa pasukan Israel melakukan tiga pembantaian dalam 24 jam terakhir, yang mengakibatkan sedikitnya 23 kematian dan 39 luka-luka.
Kementerian tersebut lebih lanjut menyatakan bahwa total korban tewas akibat serangan ‘Israel’ di Gaza sejak Oktober 2023 telah meningkat menjadi 45.361, dengan 107.803 orang terluka.
Bayi-bayi di Rumah Sakit Al-Helal Al-Emirati di Rafah. (November, 2023).
Tiga Bayi Meninggal Kedinginan
Terkait agresi Israel, media Palestina melaporkan bahwa 3 bayi baru lahir tewas di Jalur Gaza, selama 48 jam terakhir, karena suhu dingin di tenda pengungsi dan ketidakmampuan keluarga mereka untuk menemukan alat penghangat.
“Hari ini, Kamis, bayi Sila Mahmoud Al-Fasih menjadi syahid setelah ia membeku karena kedinginan tenda di Mawasi Khan Yunis, Gaza Selatan” tulis laporan RNTV.
Ibu anak tersebut berkata: “Sila meninggal karena kedinginan. Saya sedang menghangatkan dan memeluknya. Namun kami tidak memiliki pakaian tambahan untuk menghangatkan gadis ini.”
Video yang beredar menunjukkan bahwa wajah anak tersebut membiru.
Dalam empat puluh delapan jam terakhir, Dr. Ahmed Al-Farra, kepala Departemen Pediatri dan Obstetri di Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, melaporkan kematian Sila dan setidaknya dua anak lainnya, salah satunya berusia 3 hari dan yang lainnya berumur satu bulan, karena suhu rendah dan ketidakmampuan mencapai tempat berlindung yang hangat.
Wilayah pesisir Al-Mawasi, sebelah barat Rafah, yang sebelumnya diklasifikasikan oleh entitas tersebut sebagai “wilayah kemanusiaan”, berulang kali menjadi sasaran serangan Zionis.
Ribuan warga Palestina mengungsi ke sana untuk mencari perlindungan, dan telah tinggal selama berbulan-bulan di tenda-tenda yang terbuat dari kain dan nilon.
Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan pada hari Rabu bahwa jumlah korban tewas akibat agresi Israel telah meningkat menjadi 45.361 dan jumlah korban luka menjadi 107.803 sejak 7 Oktober 2023.
(oln/khbrn/RNTV/*)