Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Mayat Ditemukan di Kompartemen Roda Pesawat yang Baru Mendarat di Hawaii, Bagaimana Bisa? – Halaman all

Mayat Ditemukan di Kompartemen Roda Pesawat yang Baru Mendarat di Hawaii, Bagaimana Bisa? – Halaman all

TRIBUNNEWS.COM – Pihak berwenang menemukan mayat di kompartemen roda pesawat United Airlines yang baru saja mendarat di Hawaii dari Chicago, AS, Selasa (24/12/2024).

Mengutip USA TODAY, pesawat itu lepas landas dari Bandara Internasional Chicago O’Hare dan mendarat di Bandara Kahului, Pulau Maui, Hawaii.

Setibanya di sana, mayat ditemukan di salah satu ruang roda pendaratan utama.

Dua hari berlalu, siapa orang itu dan bagaimana ia bisa berada di ruang roda masih belum jelas.

Meskipun penumpang gelap sebelumnya pernah menggunakan ruang roda pesawat untuk menyelinap, pihak berwenang dan pejabat maskapai belum memberikan alasan pasti bagaimana orang itu bisa ditemukan di sana.

Berikut beberapa hal yang perlu diketahui:

Bagaimana seseorang bisa mengakses kompartemen roda pesawat?

Ruang roda (wheel well) adalah bagian di mana roda pesawat tersimpan, terutama saat pesawat terbang dan roda ditarik masuk.

United Airlines mengatakan dalam pernyataan kepada USA TODAY bahwa penyelidik belum mengetahui bagaimana atau kapan orang tersebut masuk ke ruang roda.

Ruang itu hanya dapat diakses dari luar pesawat, menurut United.

Maskapai menambahkan bahwa mereka bekerja sama dengan pihak berwenang dalam penyelidikan tersebut.

Departemen Kepolisian Maui mengonfirmasi kepada USA TODAY pada hari Rabu bahwa mereka sedang menyelidiki penemuan seorang individu yang meninggal dalam penerbangan dari daratan utama.

Siapa orang yang ditemukan meninggal itu?

Hingga Kamis pagi waktu setempat, pihak berwenang maupun maskapai belum menyebutkan identitas atau informasi lain terkait orang yang ditemukan di ruang roda tersebut.

Kompartemen roda sering digunakan oleh penumpang gelap

Ilustrasi kompartemen roda pesawat (via Daily Mail)

Meskipun belum jelas apakah orang tersebut mencoba menyelinap dalam penerbangan, bukan hal aneh bagi penumpang gelap untuk menggunakan ruang roda, hidung pesawat, atau area tanpa tekanan lainnya untuk menyelinap.

Penumpang gelap yang berada di area tak bertekanan harus menghadapi kondisi ekstrem, termasuk suhu beku yang dapat mencapai antara -58°F hingga -76°F, menurut Reuters.

Selain kekurangan oksigen, risiko tertimpa roda juga membuat aksi ini sering kali mematikan.

Namun, meskipun risiko kematian sangat tinggi, ada beberapa kasus di mana penumpang gelap selamat dari cobaan ini.

Tahun lalu, seseorang ditemukan selamat di ruang roda pesawat milik maskapai Aljazair di Paris.

Pada Januari 2022, seorang pria selamat setelah ditemukan di roda depan pesawat kargo yang terbang dari Afrika Selatan ke bandara Schiphol, Amsterdam.

Selain itu, seorang pria berhasil bertahan di ruang roda pesawat American Airlines dari Guatemala ke Miami pada tahun 2021 sebelum dibawa ke rumah sakit setibanya di AS.

Pada 2014, seorang anak laki-laki berusia 15 tahun dilaporkan selamat setelah bersembunyi di ruang roda pesawat Hawaiian Airlines selama penerbangan lima setengah jam dari San Jose ke Maui.

Bagaimana orang-orang tersebut bisa selamat?

Mengutip Daily Mail dalam laporan mengenai kasus penumpang gelap pada tahun 2014, kondisi yang dialami penumpang gelap di ruang roda pesawat sangat ekstrem. 

Sebagian besar insiden berakhir fatal.

Menurut Institut Medis Dirgantara Sipil milik Administrasi Penerbangan Federal (FAA), peluang bertahan hidup penumpang gelap di ruang roda pesawat komersial hanya sekitar 24 persen.

Tantangan pertama adalah menghindari tergencet saat roda pesawat ditarik.

Selanjutnya, penumpang harus menghadapi hipotermia, hipoksia (kekurangan oksigen), dan risiko jatuh saat roda diturunkan.

Ruang roda tidak memiliki sistem pemanas, oksigen, atau tekanan udara.

Pada ketinggian 18.000 kaki, oksigen mulai menipis, menyebabkan penumpang kehilangan kesadaran.

Pada ketinggian di atas 33.000 kaki, paru-paru membutuhkan tekanan buatan agar bisa berfungsi normal.

Sebagai perbandingan, Gunung Everest memiliki ketinggian 29.029 kaki, dan hanya 5 persen dari lebih dari 3.000 pendaki yang berhasil sampai ke puncak tanpa bantuan oksigen.

Pada ketinggian 38.000 kaki, suhu bisa turun hingga -81°F (sekitar -62,78°C), yang dapat berakibat fatal dalam hitungan menit.

Jika pesawat mendarat, dan penumpang gelap tersebut masih sadar, ia harus menghindari tertimpa roda atau jatuh dari ketinggian ribuan kaki hingga tewas.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)