Jakarta, FORTUNE – Richard “Dick” Parsons, mantan bos Citigroup dan eksekutif berpengaruh di Amerika Serikat, meninggal dunia pada Kamis (26/12). Parsons yang dikenal sebagai salah satu eksekutif kulit hitam dengan posisi tertinggi di Amerika selama dua dekade, meninggal dunia pada usia 76 tahun.
Kabar tersebut disampaikan oleh bank investasi Lazard, tempat Parsons menjabat sebagai anggota dewan. The New York Times yang mengutip pernyataan Ronald Lauder, pewaris perusahaan Estée Lauder mengatakan penyebab kematiannya adalah kanker tulang.
Parsons memegang peran penting dalam sejarah Citigroup. Pada Februari 2009, ia ditunjuk sebagai ketua bank tersebut di tengah krisis keuangan global. Sebelumnya, ia telah menjadi anggota dewan sejak 1996. Parsons mengambil alih jabatan tersebut tidak lama setelah pemerintah federal memberikan bailout senilai US$300 miliar. Dalam wawancaranya dengan Financial Times pada 2009, Parsons menyebutkan bahwa pengalaman dan koneksi bisnisnya akan menjadi nilai tambah bagi Citigroup.
“Pengaruh dan keterlibatan pembayar pajak serta regulator terhadap perusahaan ini sangat signifikan,” ujarnya kala itu.
Salah satu keputusan kontroversial yang dihadapi Parsons adalah mempertahankan Vikram Pandit sebagai CEO Citigroup. Keputusannya terbukti tepat karena Citigroup berhasil kembali mencatatkan keuntungan. Selain itu, Parsons juga berhasil menghindarkan Citigroup dari kemungkinan diambil alih oleh pemerintah federal. Ia bahkan mendukung kampanye Barack Obama dalam pemilihan presiden dan mendesak pemerintah Obama untuk tidak menasionalisasi bank-bank yang sedang terpuruk.
“Saya menyediakan perlindungan udara sementara pasukan darat kami merapikan barisan mereka. Sekarang saatnya perang darat dimulai,” kata Parsons. Ia mengundurkan diri dari Citigroup pada 2012.
Rekam jejak Parsons di Time Warner dan NBA Los Angeles Clippers
Parsons juga dikenal atas perannya di Time Warner, yang ia pimpin sejak 2002 setelah merger kontroversial perusahaan tersebut dengan AOL. Merger yang diselesaikan pada 2001, di puncak booming internet, menilai Time Warner senilai US$164 miliar.
Namun, perusahaan tersebut kemudian mengalami kerugian besar, termasuk penurunan nilai sebesar US$100 miliar pada 2002. Selama masa kepemimpinannya, Parsons bersitegang dengan investor aktivis Carl Icahn yang berusaha mengambil alih kendali Time Warner pada 2006.
Sebelum memulai karier di dunia korporasi, Parsons pernah menjabat sebagai penasihat Gubernur New York Nelson Rockefeller dan asisten Gedung Putih untuk Presiden Gerald Ford. Ia juga menjadi anggota tim transisi ekonomi Obama pada 2008. Selain itu, Parsons menjabat di dewan Apollo Theater di New York serta Museum Nasional Sejarah dan Budaya Afrika Amerika di Washington.
Parsons juga pernah memimpin tim NBA Los Angeles Clippers sebagai CEO. “Dick Parsons adalah pemimpin yang brilian dan transformasional serta raksasa dalam industri media yang memimpin dengan integritas dan tidak pernah menghindar dari tantangan,” ujar Komisaris NBA Adam Silver pada Kamis (26/12).