Dalam Islam, mandi bukan hanya sekadar membersihkan kotoran fisik. Mandi bisa menjadi ibadah jika diniatkan dengan benar. Bahkan, mandi bisa menjadi syarat sahnya ibadah lainnya, seperti sholat. Ada tiga jenis mandi dalam Islam: mandi wajib, mandi junub, dan mandi sunnah. Masing-masing memiliki niat dan tata cara yang berbeda.
Mandi wajib bertujuan menghilangkan hadas besar, sedangkan mandi junub dilakukan setelah keluarnya mani atau berhubungan suami istri. Mandi sunnah, seperti mandi sebelum puasa Ramadhan, dilakukan untuk mensucikan diri dan meningkatkan kekhusyukan ibadah. Niat merupakan rukun utama dalam mandi wajib, tanpa niat yang benar, mandi wajib tidak sah.
Berikut beberapa contoh niat mandi wajib: Niat Mandi Wajib secara Umum: “Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari fardhan lillahi ta’ala.” Artinya: ‘Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah Ta’ala.’ Niat Mandi Wajib setelah Haid: “Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari ‘anil haidhi lillahi ta’ala.” Artinya: ‘Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar dari haid karena Allah Ta’ala.’
Penting untuk diingat bahwa niat harus dilakukan bersamaan dengan saat air pertama kali disiramkan ke tubuh, terutama dalam mazhab Syafi’i. Niat ini menjadi pembeda antara mandi biasa dengan mandi wajib yang memiliki nilai ibadah.
Mandi sebelum puasa Ramadhan merupakan amalan sunah yang dianjurkan untuk membersihkan diri lahir dan batin sebelum menjalankan ibadah puasa. Meskipun bukan kewajiban, amalan ini sangat dianjurkan untuk meningkatkan kekhusyukan dan keikhlasan dalam beribadah. Perbedaan antara mandi sunnah dan mandi wajib terletak pada niat dan hukumnya. Jika dalam keadaan junub, mandi wajib harus dilakukan sebelum berpuasa.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4366969/original/043741500_1679399427-Tradisi-Keramas-di-Sungai-Cisadane-Sambut-Bulan-Ramadhan-Angga-4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)