Jakarta, Beritasatu.com – Pasar kripto global terus bergerak cepat, dan dua nama besar Solana (SOL) dan Ethereum (ETH) tetap menjadi pusat perhatian. Solana kini muncul sebagai pesaing kuat berkat kecepatan tinggi dan biaya transaksi rendah. Sementara Ethereum mempertahankan dominasinya melalui stabilitas jangka panjang, likuiditas besar, dan dukungan institusional. Di Indonesia, perdebatan mengenai mana yang lebih populer semakin menarik.
Apakah SOL dengan ekosistemnya yang agresif mampu menggeser posisi ETH, ataukah Ethereum tetap menjadi pilihan utama investor lokal? Dengan meninjau data global dan tren regional, artikel ini menyajikan analisis mendalam mengenai preferensi pasar Indonesia tahun ini.
Menguatnya Solana: Kecepatan, Biaya Rendah, dan Aktivitas Jaringan yang Meningkat
Solana mengalami pertumbuhan yang signifikan sepanjang 2025. Menurut CoinGecko, volume perdagangan global SOL melonjak dari US$ 124,4 miliar pada 2024 menjadi US$ 156,0 miliar pada 2025, kenaikan sekitar 25,4%.
Sebagai perbandingan, Ethereum hanya meningkat 9,7% pada periode yang sama, dari US$ 603,0 miliar menjadi US$ 661,8 miliar. Perbedaan laju pertumbuhan ini menunjukkan betapa cepatnya Solana menarik perhatian para trader dan pengguna aplikasi Web3 di seluruh dunia.
Keunggulan teknis Solana semakin memperkuat posisinya. Berdasarkan laporan AInvest, jaringan Solana dapat memproses ribuan transaksi per detik (TPS) secara stabil, bahkan melampaui 65.000 TPS dalam kondisi optimal, jauh di atas kemampuan Ethereum layer-1.
Biaya transaksi di jaringan Solana juga sangat rendah, sehingga menjadi pilihan ideal untuk aplikasi yang membutuhkan throughput tinggi, seperti DEX, DeFi, atau game Web3. Inilah alasan mengapa Solana sempat menjadi chain dominan di sektor DEX pada kuartal pertama 2025, bahkan melampaui volume perdagangan Ethereum di beberapa periode.
Popularitas Solana kemudian berkembang cepat di komunitas ritel dan trader aktif, terutama di kawasan Asia Tenggara. Banyak investor yang mengutamakan efisiensi biaya dan kecepatan eksekusi mulai memprioritaskan SOL untuk kebutuhan trading harian.
Tidak heran jika perdagangan SOL yang makin diminati menjadi salah satu tren besar pasar kripto global tahun ini. Kecepatan jaringan, biaya minim, serta ekosistem aplikasi yang berkembang membuat Solana menjadi alternatif menarik bagi investor yang mencari fleksibilitas dan efisiensi tinggi.
Ethereum: Stabilitas, Likuiditas Besar, dan Kepercayaan Institusional
Meski Solana berkembang pesat, Ethereum tetap menjadi tulang punggung ekosistem kripto secara global. Kapitalisasi pasar ETH jauh lebih besar dibandingkan SOL, dan Ethereum terus dianggap sebagai aset yang relatif stabil.
Laporan Gate Square pada 2025 menegaskan bahwa dominasi Ethereum masih kuat karena banyak proyek besar, protokol DeFi mapan, dan stablecoin utama yang beroperasi di jaringan Ethereum. Likuiditas yang tinggi membuat Ethereum menjadi pilihan utama bagi transaksi bernilai besar maupun aktivitas institusional.
Banyak perusahaan besar dan lembaga keuangan lebih memilih Ethereum sebagai fondasi smart contract dan layanan blockchain mereka. Bahkan ketika Solana sempat mengungguli volume DEX dalam periode tertentu, Ethereum tetap unggul untuk transaksi besar dan investasi jangka panjang berkat reputasinya yang konsisten.
Di Indonesia, Ethereum juga mempertahankan pengaruh kuatnya. Banyak investor menganggap ETH sebagai aset kripto yang relatif lebih stabil dan memiliki tingkat likuiditas yang dapat diandalkan.
Selain itu, exchange lokal dan platform DeFi yang beroperasi di Indonesia umumnya memiliki dukungan penuh untuk jaringan Ethereum, sehingga perdagangan ETH yang semakin diminati di Indonesia menjadi fenomena yang wajar, terutama bagi investor yang mencari kenyamanan, keamanan likuiditas, dan kejelasan ekosistem.
Pengaruh Tren Global terhadap Preferensi di Indonesia
Indonesia termasuk dalam lima negara dengan penggunaan kripto tertinggi di dunia, menurut laporan Dapp Expert. Lonjakan adopsi digital, banyaknya pengguna muda, serta ketersediaan platform lokal membuat Indonesia menjadi pasar penting bagi perkembangan aset kripto seperti Solana dan Ethereum.
Tren global Solana yang menonjol karena kecepatan dan biaya rendah beresonansi kuat dengan investor ritel di Indonesia. Banyak pengguna lokal yang lebih sensitif terhadap biaya transaksi mulai mempertimbangkan SOL untuk aktivitas DEX, transfer aset, dan penggunaan aplikasi Web3 lainnya.
Solana juga menjadi tempat lahirnya banyak memecoin baru dan aplikasi sosial yang sangat disukai oleh pengguna Gen Z Indonesia.
Namun demikian, Ethereum tetap relevan dan digemari oleh investor yang lebih mengutamakan kestabilan. Banyak dari mereka menggunakan ETH sebagai jembatan investasi ke berbagai ekosistem seperti DeFi, NFT, atau platform staking institusional.
Penggunaan ETH sebagai aset dasar dalam portofolio membuatnya tetap populer di Indonesia meskipun kemunculan kompetitor seperti Solana semakin kuat.
Solana dan Ethereum bagi Investor Indonesia
Tanpa menggunakan tabel, perbandingan antara Solana dan Ethereum dapat dipahami melalui dua karakter utama: kecepatan vs stabilitas. Solana menawarkan biaya rendah, transaksi cepat, dan ekosistem aplikasi yang berkembang dinamis, menjadikannya pilihan menarik bagi pengguna yang aktif, suka bereksperimen, dan sensitif terhadap biaya.
Sementara itu, Ethereum menawarkan likuiditas tinggi, reputasi kuat, serta adopsi institusional keunggulan yang membuatnya cocok bagi investor yang menyukai kestabilan dan ingin membangun portofolio jangka panjang.
Dengan karakteristik tersebut, banyak investor Indonesia akhirnya memilih pendekatan campuran, menggunakan Solana untuk aktivitas yang cepat dan intensif, tetapi tetap memegang Ethereum sebagai aset inti. Pendekatan ini dianggap lebih seimbang karena memanfaatkan keunggulan kedua blockchain sambil mengelola risiko volatilitas.
Persaingan antara Solana dan Ethereum pada 2025 memperlihatkan bahwa tidak ada pemenang mutlak, keduanya menempati fungsi berbeda dalam ekosistem kripto. Solana terus menarik minat karena efisiensi dan kecepatannya, terutama di kalangan investor muda dan trader aktif.
Sementara itu, Ethereum tetap disukai karena stabilitasnya, adopsi institusional, serta ekosistem yang lebih mapan dan terpercaya.
Di Indonesia, tren global pada akhirnya berpengaruh kuat terhadap preferensi lokal. Solana memang sedang naik daun dan popularitasnya terus berkembang, namun Ethereum tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang memprioritaskan keamanan jangka panjang dan likuiditas besar.
Dengan memahami karakter masing-masing aset, investor Indonesia dapat memilih strategi sesuai profil risiko dan tujuan keuangan mereka.
