Jakarta, Beritasatu.com – Di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global serta dampak kebijakan tarif Trump yang kembali memanas sejak awal tahun 2025, banyak masyarakat mulai mempertanyakan, apakah lebih menguntungkan berinvestasi pada saham atau emas?
Kekhawatiran terhadap inflasi dan tingginya volatilitas pasar saham membuat keputusan investasi semakin kompleks. Di sisi lain, emas kembali menunjukkan perannya sebagai aset safe haven dengan harga yang terus mencetak rekor tertinggi dalam beberapa waktu terakhir.
Sebagian investor lebih percaya pada prospek saham, sementara lainnya memilih mengamankan dana dengan membeli emas. Lantas, mana yang lebih menguntungkan? Berikut perbandingan lengkap antara investasi saham dan emas!
Perbandingan Saham vs Emas
1. Jenis investasi
Saham termasuk dalam kategori investasi aktif. Artinya, nilai saham sangat dipengaruhi oleh kinerja perusahaan yang mengeluarkannya.
Ketika perusahaan berkembang dan menghasilkan laba, nilai saham bisa meningkat dan memberikan imbal hasil bagi investor. Namun, bila terjadi kerugian atau kebangkrutan, investor berisiko kehilangan nilai investasinya.
Sementara itu, emas merupakan investasi pasif atau reaktif. Nilainya tidak ditentukan oleh pengelolaan seperti saham, melainkan oleh dinamika pasar global dan kondisi ekonomi.
Emas tidak perlu ‘dikelola’ untuk naik harganya, karena permintaan dan kondisi global sudah cukup memengaruhinya.
2. Masa berlaku
Saham memiliki masa berlaku yang bergantung pada keberlangsungan perusahaan. Jika perusahaan tersebut bangkrut, maka saham bisa kehilangan nilai sepenuhnya.
Sebaliknya, emas tidak bergantung pada entitas tertentu. Logam mulia ini telah digunakan sebagai penyimpan nilai sejak ribuan tahun lalu dan masih diakui sebagai tolok ukur ekonomi global hingga kini.
3. Bentuk kepemilikan
Investasi saham berbentuk surat berharga yang menjadi bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Sedangkan emas bisa dimiliki secara fisik dalam bentuk batangan atau secara digital melalui aplikasi.
Dengan berkembangnya teknologi, kini investasi emas tidak lagi terbatas pada bentuk fisik. Investor dapat membeli dan menjual emas secara online, dan jika diinginkan, emas tersebut tetap bisa dicetak menjadi bentuk fisik.
4. Potensi keuntungan (return)
Saham berpotensi memberikan keuntungan tinggi, terutama jika investor mampu membeli saham dengan fundamental kuat dan menjualnya di waktu yang tepat. Namun, potensi tinggi ini juga datang dengan risiko yang setara.
Sebaliknya, emas menawarkan return yang lebih stabil. Meski kenaikannya cenderung lambat, nilai emas tetap tumbuh secara konsisten, terutama dalam jangka panjang.
5. Tingkat risiko
Investasi saham memiliki risiko yang tinggi karena nilainya bisa berubah drastis dalam waktu singkat, dipengaruhi oleh isu ekonomi, politik, hingga tren global. Kesalahan dalam memilih saham atau waktu jual beli bisa berakibat kerugian besar.
Berbeda dengan saham, investasi emas memiliki risiko yang lebih rendah. Harga emas memang bisa turun, namun biasanya pergerakannya lebih stabil dan penurunannya tidak terlalu drastis.
6. Jangka waktu investasi
Saham bisa memberikan keuntungan baik dalam jangka pendek maupun panjang, tergantung pada strategi dan waktu transaksi. Namun, umumnya disarankan untuk investasi jangka panjang agar potensi keuntungannya maksimal.
Sementara emas lebih cocok sebagai investasi jangka panjang karena nilainya yang stabil dan terus meningkat seiring waktu. Meski demikian, emas juga bisa dijual dalam jangka pendek, namun keuntungannya biasanya tidak sebesar jika disimpan dalam jangka panjang.
Baik saham maupun emas memiliki keunggulan dan risiko investasi masing-masing. Pilihan terbaik tergantung pada tujuan keuangan, profil risiko, dan preferensi investasi. Jika mengincar keuntungan besar dengan kesiapan menghadapi risiko tinggi, saham bisa menjadi pilihan. Namun, jika mengutamakan stabilitas dan perlindungan aset, emas adalah pilihan yang lebih aman.
