Makna Simbolik Celak Mata dalam Tari Glipang Probolinggo

Makna Simbolik Celak Mata dalam Tari Glipang Probolinggo

Liputan6.com, Probolinggo – Riasan celak mata hitam yang menjadi ciri khas tari glipang dari Probolinggo menyimpan makna mendalam. Elemen riasan ini tidak sekadar pelengkap estetika, melainkan mengandung nilai filosofis yang terkait dengan sejarah perlawanan masyarakat setempat.

Mengutip dari berbagai sumber, tari glipang berasal dari Desa Pendil, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Kesenian ini berkembang pada masa kolonial Belanda sebagai bentuk ekspresi budaya masyarakat setempat.

Penggunaan celak mata dalam tari ini memiliki akar sejarah yang erat dengan tradisi masyarakat Jawa Timur. Catatan sejarah menunjukkan bahwa riasan mata tebal telah menjadi bagian dari tradisi kesenian rakyat di wilayah tersebut sejak abad ke-19.

Pada masa perkembangan awal tari glipang, riasan ini digunakan oleh para pemainnya yang kebanyakan berasal dari kalangan petani dan buruh. Celak mata dalam tari glipang diaplikasikan dengan garis hitam tebal mengelilingi area mata.

Riasan ini membentuk pola tertentu yang membedakannya dengan riasan tari tradisional lainnya. Bahan yang digunakan awalnya berasal dari arang atau bahan alami lainnya yang mudah didapatkan di lingkungan setempat.

Proses penerapan celak dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Ketebalan garis dan bentuk riasan telah distandardisasi dalam pakem tari ini, meskipun terdapat variasi kecil antar kelompok seni.

Dalam konteks tari glipang, celak mata memiliki beberapa lapisan makna. Secara visual, riasan ini berfungsi untuk menegaskan ekspresi wajah penari sehingga lebih terlihat jelas dari kejauhan dan dari sisi filosofis, celak hitam melambangkan ketegasan dan keberanian.