Liputan6.com, Jakarta – Upacara Ngaben merupakan salah satu tradisi penting dalam tradisi Bali yang sarat makna spiritual dan simbolis. Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi yang dilakukan oleh umat Hindu di Bali untuk melepaskan roh dari tubuh duniawi menuju alam akhirat.
Upacara ini menjadi wujud pengabdian dan penghormatan kepada mereka yang telah berpulang, serta simbol kebangkitan jiwa menuju kesempurnaan. Ngaben bukan hanya sekadar acara pemakaman, namun juga proses penyucian dan pembebasan jiwa dari ikatan duniawi, sehingga jiwa dapat bersatu dengan Sang Pencipta.
Dalam pelaksanaannya, Ngaben melibatkan banyak tahapan dan prosesi yang berlangsung beberapa hari. Persiapan dimulai dengan pembuatan bade, yaitu menara yang digunakan untuk mengusung jenazah ke tempat pembakaran pada upacara ngaben.
Bade biasanya dihias dengan ukiran-ukiran khas Bali yang penuh warna, mencerminkan nilai seni dan budaya Bali yang tinggi. Di dalam upacara ini, keluarga dan kerabat terlibat dalam menyiapkan berbagai sarana persembahan dan dekorasi yang dianggap suci.
Prosesi Ngaben juga mengandung elemen-elemen tarian, nyanyian suci, dan doa, yang semuanya ditujukan untuk mempermudah roh mencapai alam lain yang disebut Swarga atau surga.
Upacara Ngaben memiliki beberapa jenis, tergantung pada tingkatan sosial dan ekonomi keluarga yang melaksanakan. Jenis Ngaben yang umum dikenal di antaranya adalah Ngaben Sawa Wedana, yaitu upacara yang dilakukan ketika jenazah masih utuh, dan Ngaben Asti Wedana, yang dilakukan ketika jenazah telah dikuburkan terlebih dahulu sebelum kemudian dikremasi.
Di samping itu, ada pula Ngaben massal atau Ngaben Ngerit yang diselenggarakan bersama-sama oleh beberapa keluarga, biasanya karena alasan biaya yang cukup tinggi jika dilakukan secara perorangan.
Walaupun jenis dan bentuk upacara Ngaben dapat bervariasi, tujuan utamanya tetap sama yaitu melepaskan jiwa agar bebas menuju alam akhirat.