Perbesar
ESPOS.ID – Anggota tim riset robot mahasiswa UMS menunjukkan Robot Megolodon yang diciptakan untuk misi penyelematan korban bencana, belum lama ini, di Edutorium UMS, Solo. (Solopos/Dhima Wahyu Sejati)
Esposin, SOLO — Kelompok riset robot dari Universitas Muhammadiyah Surakarta atau UMS menciptakan robot penyelamat korban bencana untuk membantu di bidang pencarian dan pertolongan atau search and rescue (SAR).
Robot itu bernama Megalodon yang bertugas menyelamatkan korban jika terjadi bencana seperti tanah longsor, gempa bumi, atau yang lainnya. Kemampuan Megalodon didesain untuk bisa melewati reruntuhan bangunan yang sulit dijangkau manusia.
Promosi
Bekali Peserta dengan Skill dan Pengetahuan, BRI Peduli Berdayakan Eks PMI
“Jadi tugas robot ini adalah menyelamatkan korban dari reruntuhan ke tempat aman,” kata Presiden Robot Riset UMS, Herry Budi Saputra, ketika berbincang dengan Espos di Edutorium UMS, Solo, belum lama ini.
Dia mengatakan Megalodon bisa berjalan menyusuri rintangan yang dihadapi seperti tanah miring, tanah pecah-pecah, lereng, hingga melewati pecahan material bangunan. Dia mengatakan robot tersebut bisa mengangkat beban.
Dia menjelaskan Megalodon basisnya bukan drone yang beroperasi di udara, melainkan robot yang didesain untuk rintangan di darat. Herry mengatakan robot tersebut dirangkai dengan memanfaatkan komponen yang ada dijual di pasaran. Meski begitu dia mengaku cukup sulit mendapatkan komponen tersebut. Harganya cukup mahal.
“Mendapatkan komponen itu kan susah ya, di sekitar Solo juga jarang ada, maka biasanya kami mendapatkannya secara online, bisa dari dalam atau luar negeri,” kata dia. Herry menyebut sebagian komponen yang sulit ditemukan dalam negeri, dia datangkan dari China.
Dia mengatakan proses pengerjaan robot itu membutuhkan waktu sekitar empat sampai lima bulan. Dia mengatakan total biaya yang dibutuhkan untuk membuat Megalodon bisa sampai puluhan juta rupiah. “Tapi tidak sampai Rp50 juta,” kata dia.
Dia mengatakan cara kerja Megalodon dijalankan dengan perangkat mini komputer yang berfungsi untuk mengendalikannya secara jarak jauh. Sedangkan fitur yang dipasang untuk menjalankan tugas penyelamatan yakni pendeteksi jarak, kamera, dan capit yang berfungsi untuk mengangkat beban.
“Jadi fitur itu berfungsi untuk mendeteksi korban mendukung penyelamat korban,” kata dia. Dia mengatakan Megalodon masih akan terus dikembangkan agar berjalan efektif dan efisien dalam menjalankan tugas penyelamatan. Namun menurutnya dalam pegembangannya terdapat kendala salah satunya adalah masalah pendanaan.
Dia menyadari setiap komponen yang digunakan tidak murah dan cukup sulit ditemukan. Apalagi untuk mendatangkan komponen dari luar negeri tentu membutuhkan lebih banyak biaya.
Dia mengatakan sejauh ini robot tersebut masih diikutkan kompetisi salah satunya adalah Kontes Robot Indonesia (KRI) tingkat nasional pada April 2024 lalu. Menurutnya, hasil keikutsertaan lomba tersebut menjadi bahan evaluasi untuk mengembangkan fungsi robot lebih jauh.
Dia berharap ke depan hasil pengembangan robot Megalodon bisa diaplikasikan dalam penyelamatan korban secara langsung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram “Solopos.com Berita Terkini” Klik link ini.