Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Ma Jianrong, Bos Tekstil Berharta Rp107, T yang Sayang Karyawan

Ma Jianrong, Bos Tekstil Berharta Rp107, T yang Sayang Karyawan

Jakarta, CNN Indonesia

Menjadi buruh pabrik bukan berarti selamanya akan menjadi kaum jelata. Paling tidak, itulah yang bisa dilihat dari kehidupan Ma Jianrong.

Pernah menjadi buruh pabrik tekstil di masa lalunya, ia kini menjelma menjadi seorang pengusaha sukses.

Melansir Forbes, total kekayaan Ma Jianrong sekarang ini tembus US$6,8 miliar. Kalau dirupiahkan dengan kurs Rp15.775 per dolar AS, kekayaan itu tembus Rp107,27 triliun.

Lalu siapa sebenarnya Ma Jianrong sehingga dia bisa setajir itu?

Mengutip berbagai sumber, salah satunya inf.news, Ma Jianrong adalah warga negara China kelahiran Shaoxing, Zhejiang pada 1965 lalu dari seorang pekerja di perusahaan tekstil bernama Baoxing Ma.

Tidak begitu jelas bagaimana kehidupan masa kecilnya. Yang jelas latar belakang orang tuanya sebagai pekerja di industri tekstil itulah yang akhirnya membawanya kaya raya seperti sekarang ini.

Cerita kaya raya itu ia mulai di usia 13 tahun. Saat itu, Ma Jianrong remaja sangat benci dengan kehidupan sekolah.

Ia karena itu memilih untuk menghentikan pendidikannya di usia 13 tahun.

Setelah itu, Ma Jianrong muda kemudian ikut ayahnya bekerja di pabrik tekstil. Posisi ayah Ma Jianrong yang saat itu merupakan wakil direktur perusahaan tekstil di Shanghai dan juga pakar industri tekstil membuatnya mendapat kesempatan itu walaupun masih sangat muda.

Dan di pabrik inilah Ma Jianrong mendapatkan ilmu. Idealisme kuat ayahnya terhadap syarat produk tekstil yang bagus dan berkualitas membuat Ma Jianrong banyak menimba ilmu di sektor pertekstilan.

Di bawah idealisme dan pengaruh ayahnya itulah Ma Jianrong mendapatkan bekal berharga. Ia menguasai berbagai ilmu dan teknologi industri tekstil walaupun masih sangat ‘hijau’. Ia juga memiliki pemahaman menyeluruh terhadap aspek industri tekstil.

Tak heran, karena penguasaan, pemahaman itu kinerja Ma Jianrong moncer. Perusahaan tempatnya bekerja karena itu langsung mengangkat dia menjadi direktur teknik di perusahaan setelah masa pengabdiannya tembus 10 tahun.

Dengan kata lain, di usia 23 tahun, Ma Jianrong sudah menjadi direktur teknik. Dari sinilah, keuntungan selalu menghinggapi kehidupan Ma Jianrong.

Pada 1990, ayahnya, Ma Baoxing, diangkat sebagai wakil manajer umum oleh Shenzhou Manufacturing. Ma Jianrong ikut bergabung dengan ayahnya di perusahaan itu.

Namun sayang, saat itu, Shenzhou Manufacturing kekurangan dana dan talenta. Bisnisnya juga sangat suram.

Bahkan perusahaan itu terlilit utang 3 juta yuan dan menghadapi kebangkrutan. Saat itulah ia kemudian mengambil alih kemudi Shenzou. 

Ia mencoba membenahi Shenzou. Ma Jianrong pergi kemana-mana untuk mengumpulkan uang guna melunasi utang perusahaan. Setelah berhasil dan perusahaan mulai punya uang, Ma Jianrong tak langsung senang.

Uang ia bakar untuk mengundang guru berpengalaman ke pabrik supaya bisa melatih karyawan.

Kemudian, Ma Jianrong berkeliling, memeriksa pasar, dan akhirnya menemukan solusi. Ia menyarankan agar ayahnya mencari produk yang dihasilkan pabrik tersebut di pasar kelas menengah hingga atas dan menjual pakaian ke Jepang.

Upaya itu membuahkan hasil. Dengan upaya tak henti-hentinya dari Ma Jianrong, perusahaan melunasi seluruh utang luar negerinya dua tahun kemudian dan secara bertahap mulai beroperasi secara normal lagi.

Pada tahun 1992, Ma Jianrong pergi ke Jepang untuk mengunjungi pelanggan atas nama perusahaan. Selama percakapan, klien berbicara tentang perubahan warna pakaian.

Ma Jianrong kecewa dengan keluhan itu. Karenanya setelah kembali ke kantor, dia meminta perusahaan tersebut untuk menghancurkan semua pakaian yang diproduksi.

Selanjutnya, ia menerapkan kontrol kualitas produk secara ketat. Ia juga mencari cara agar masalah pemudaran pakaian bisa diatasi.

Upayanya sukses. Kualitas produk perusahaan berhasil ditingkatkan. Produk tekstil perusahaannya berhasil memenangkan hati banyak pelanggan.

Termasuk, dari Uniqlo. Saat itu Japan Uniqlo mau memesan 450 ribu baju. Pesanan tak disia-siakan Ma Jianrong.

Meski hanya diberi 20 hari untuk memenuhi pesanan, Ma Jianrong bersama para pekerjanya bahu-membahu menyelesaikan pesanan tersebut dan sukses.

Keberhasilan ini telah membuat Shenzhou International mendapatkan reputasi yang baik. Karena keberhasilan itu, Uniqlo meningkatkan kerja samanya.

Shenzhou International juga menjadi pendiri Uniqlo. Di bawah manajemen Ma Jianrong, perusahaan ini telah memperoleh keuntungan dan menghasilkan banyak uang.

Banjir pesanan sempat membuat perusahaannya kewalahan. Pada 1998, Ma Jianrong menginvestasikan 2,8 juta yuan untuk mengatasi masalah itu.

Ia membeli sejumlah mesin dari Italia. Lagi-lagi upayanya berhasil. Namun, keberhasilan tak membuatnya lekas berbangga diri. Ia terus mencoba mengembangkan Shenzhou.

Pada 2005, Shenzhou Internasional berhasil go public. Ma Jianrong mengumpulkan lebih dari 900 juta dolar Hong Kong dari aksi korporasi itu.

Ia investasikan semua dana yang didapat untuk melengkapi mesin perusahaan. Ia mengganti mesin pewarna dan alat tenun yang canggih.

Meskipun keputusan itu dalam jangka pendek mahal, ia yakin bisa mendatangkan keuntungan besar.

Setelah peralatan ditingkatkan, kapasitas produksi perusahaan melesat. Terkadang pesanan 2 juta dapat diselesaikan dengan sukses dalam waktu setengah bulan, lebih cepat dari yang bisa dilakukan perusahaan lain.

Lanjut ke halaman berikut…

Pelan tapi pasti, Shenzhou International terus membesar. Pada 2019, ia berhasil membawa Shenzou Internasional menjadi raja ritel pakaian dalam negeri China bernilai US$7,8 miliar.

Shenzhou berhasil menjadi produsen pakaian terintegrasi vertikal terbesar di China. Banyak merek terkenal internasional seperti Nike, Adidas, Uniqlo, Puma dan lain sebagainya produksinya dihasilkan oleh Shenzhou.

Ma Jianrong mengatakan kesuksesan itu tak terlepas dari reputasi yang dibangunnya di perusahaan.

“Semuanya kesuksesan dimulai dari awal. Pada saat itu, banyak barang luar negeri diproduksi, dan banyak pakaian yang tidak memenuhi syarat dibakar. Pada 1995, perusahaan tersebut telah mendapatkan reputasi karena langkah perbaikan ini,” kenangnya seperti dikutip dari sjfzxm.com.

Kini, berkat kerja keras Ma Jianrong, setiap 24 jam, Shenzhou berhasil memproduksi 1,5 juta pakaian dan 600 ton kain dari lini produksinya.

Ma Jianrong mengatakan Shenzhou sudah memiliki hidup dan jiwa.

“Dan bagi perusahaan pakaian, waktu adalah kehidupan dan waktu pengiriman adalah jiwa. Di Piala Dunia sepak bola 2018, para penggemar sepak bola Prancis membutuhkan kostum tim Prancis untuk merayakannya. Shenzhou International mengirim puluhan ribu fans ke Shanghai, Nike dalam 16 jam, dan kemudian mereka terbang ke Prancis untuk mengejar tim Prancis,” katanya.

Meskipun sudah kaya raya, Ma Jianrong cukup bersahaja. 

Kesahajaan ia tunjukkan dengan memperhatikan nasib dan kenyamanan para pekerjanya. Salah satu perhatian ia berikan dengan memasang AC di lingkungan kerja pabrik tekstilnya.

Ma Jianrong juga tidak segan-segan mengeluarkan 100 juta yuan untuk membangun dapur pusat perusahaan agar 40 ribu karyawannya makan lebih enak. Selain itu, untuk membantu karyawan yang tidak bisa pulang karena tidak dapat membeli tiket untuk merayakan Festival Musim Semi, ia akan menyewakan mobil khusus.

Perhatian yang paling penting dan pasti dirindukan seluruh karyawan dari setiap perusahaan tempat mereka bekerja adalah gaji. Ia berani memberi karyawannya gaji yang lebih tinggi daripada perusahaan lain.

[Gambas:Photo CNN]

Tak hanya gaji, ia juga memberi mereka perlakuan yang baik ke karyawan dengan memberikan banyak tunjangan. Hal ini sangat memikat hati para karyawan.

Tak heran karyawan loyal ke perusahaannya. Ini diketahui dari setiap Festival Musim Semi. Ketika perayaan selesai biasanya di situ terjadi pergantian karyawan karena banyak yang keluar demi mencari peruntungan lain.

Tapi itu tak terjadi di Shenzhou. Jumlah karyawan yang keluar hanya 5 persen dari total pekerja. Jumlah itu jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan perusahaan lain. 

Kebijakan Ma Jianrong itu juga membuat perselisihan antara buruh dengan perusahaan minim.

Ma Jianrong bercerita memang terobsesi untuk menjalankan pabriknya dengan baik sepanjang hidupnya. Ia percaya perhatian besar ke karyawan akan menimbulkan ikatan emosional besar pada perusahaan yang pada ujungnya bisa membuat kinerjanya semakin baik.