Lonjakan Harga-harga di Mahulu Dampak Kemarau, Beras Tembus Rp 1,2 Juta Per Karung, Migor Rp 200.000 Per 2 Liter
Editor
MAHAKAM ULU, KOMPAS.com
– Harga-
harga kebutuhan pokok
di Kabupaten
Mahakam Ulu
, Kalimantan Timur, mengalami lonjakan tajam akibat dampak
kemarau panjang
yang mengganggu
akses transportasi
barang ke daerah tersebut.
Harga beras kini mencapai Rp 1,2 juta per karung berisi 25 kilogram, sedangkan elpiji ukuran 3 kilogram dijual dengan harga Rp 400.000 per tabung.
Kenaikan harga ini bisa mencapai lebih dari 100 persen.
Long Pahangai dan Long Apari menjadi kecamatan yang paling terdampak oleh situasi ini.
Surutnya Sungai Mahakam membuat pengangkutan barang menggunakan armada sungai, seperti longboat dan speedboat, tidak dapat dilakukan secara normal.
“Wilayah Long Pahangai dan Long Apari saat ini sangat kesulitan mendatangkan barang karena Sungai Mahakam sudah sangat surut. Armada sungai sulit melintas,” ungkap Huvang, salah satu warga setempat, saat diwawancarai pada Jumat (25/7/2025).
Meskipun terdapat alternatif akses darat, opsi tersebut sangat terbatas.
Mobil jenis double cabin hanya dapat mencapai titik tertentu, seperti Long Lunuk.
Namun, biaya sewa mobil untuk mengantar barang sangat mahal, berkisar antara Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per perjalanan.
“Truk agak sulit masuk karena medan berat. Jadi hanya mobil biasa yang bisa, itu pun kapasitasnya kecil,” tambah Huvang.
Dampak dari kemacetan logistik ini sangat terasa dalam lonjakan harga sejumlah bahan pokok.
Rini, warga Long Apari lainnya, menyatakan bahwa harga beras kini mencapai Rp 1,2 juta per karung berisi 25 kilogram.
“Di kampung kami, harga satu sak beras sudah Rp 1,2 juta. Minyak goreng dua liter Rp 200.000, dan yang lima liter Rp 250.000,” ucap Rini.
Harga elpiji ukuran 3 kilogram kini mencapai Rp 400.000, sementara gas ukuran 12 kilogram bahkan bisa menembus Rp 1 juta.
Selain itu, harga gula pasir melonjak menjadi Rp 40.000 per kilogram, dan sebutir telur ayam dihargai Rp 10.000.
Harga-harga itu rata-rata melonjak lebih dari 100 persen.
Rini juga menambahkan bahwa satu-satunya transportasi menuju kampung-kampung terdalam, seperti Nohatifap, hanya dapat menggunakan perahu ces, dengan harga bahan bakar mencapai Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per liter.
“Kalau musim kemarau, jalur air makin sulit. Transportasi darat hanya sampai Tiong Ohang. Selebihnya, semua harus lewat sungai lagi,” ujarnya dengan nada prihatin.
Baik Huvang maupun Rini berharap pemerintah dapat memperhatikan akses darat ke Mahulu, khususnya ke wilayah hulu.
Mereka berpendapat bahwa jika infrastruktur jalan ditingkatkan, distribusi logistik bisa lebih murah dan stabil, terutama saat musim kemarau.
“Kalau akses darat baik, ongkos distribusi bisa ditekan. Sekarang ini, kemarau panjang membuat kami benar-benar terisolasi,” tutur Huvang.
Pemerintah daerah diharapkan segera turun tangan untuk mencari solusi jangka pendek dan jangka panjang agar krisis logistik seperti ini tidak terus berulang.
(Penulis: Kontributor Kalimantan Timur, Pandawa Borniat)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Lonjakan Harga-harga di Mahulu Dampak Kemarau, Beras Tembus Rp 1,2 Juta Per Karung, Migor Rp 200.000 Per 2 Liter Regional 26 Juli 2025
/data/photo/2025/07/25/6883917660128.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)