Libur Imlek 2025, Desa Wisata Penglipuran Menarik 10.000 Pengunjung

Libur Imlek 2025, Desa Wisata Penglipuran Menarik 10.000 Pengunjung

Bangli, Beritasatu.com – Penglipuran adalah salah satu desa adat yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali. Desa ini terkenal sebagai destinasi wisata unggulan di Bali, karena warganya masih mempertahankan dan menjalankan budaya tradisional Bali dalam kehidupan sehari-hari mereka. Pada momen libur panjang Imlek 2025 kawasan ini kerap dikunjungi wisatawan dari domestik maupun mancanegara. 

Arsitektur bangunan dan pengelolaan lahan di Desa Penglipuran mengikuti prinsip Tri Hita Karana, yaitu filosofi keseimbangan antara Tuhan, manusia, dan alam. Konsep ini memberikan daya tarik bagi para wisatawan yang datang untuk menikmati suasana alam yang sejuk dan asri. Hal ini sangat terasa saat libur Imlek pada tahun ini, Selasa siang (28/1/2025).

Salah seorang wisatawan dari Probolinggo, Jawa Timur, Yayuk merasa terkesan dengan kunjungannya ke Desa Penglipuran. Apalagi, kunjungannya wisatanya kali ini adalah yang pertama kali. 

Turis di Desa Wisata Penglipuran, Bali. – (Beritasatu.com/Sop)

“Saya sangat terkesan, ini pertama kalinya saya ke Bali. Desa ini sangat rapi, banyak spot foto yang menarik,” ungkap Yayuk saat bersama suami mengunjungi desa di Kabupaten Bangli ini.

Selain menjelajahi sepanjang desa, wisatawan juga dapat mengunjungi rumah-rumah warga untuk membeli minuman atau camilan. Di beberapa rumah warga, pengunjung bisa mencicipi durian langsung yang menjadi daya tarik tersendiri.

Kemudian ada Maliq, seorang wisatawan asal Malang, Jawa Timur, juga mengungkapkan, ia merasa nyaman selama berada di desa wisata Penglipuran ini. 

“Ini pertama kalinya saya datang ke Desa Penglipuran. Suasananya sangat asri, dan duriannya manis banget. Begitu masuk desa ini, saya langsung heran karena begitu bersih. Saya pasti akan kembali lagi,” katanya sambil menikmati durian di salah satu rumah warga.

Wisatawan domestik maupun mancanegara memadati kawasan Desa Wisata Penglipuran, Bali. – (Beritasatu.com/Sopian Hadi)

Pengunjung yang datang ke Bali juga dapat mencoba pakaian adat Bali, seperti baju, kamen (sarung), dan udeng (penutup kepala pria). Pakaian adat ini dapat disewa di rumah-rumah warga sekitar dengan harga Rp 50.000 untuk berfoto mengenakan busana adat Bali.

Selain keindahan desa yang bersih, pengelola desa wisata Penglipuran juga menambah berbagai spot menarik yang memberikan kesan seperti kembali ke masa lalu. Salah satu spot baru yang menarik adalah hutan bambu dan Pasar Pelipulara yang terletak di tengah hutan bambu.

Pengelola Desa Wisata Penglipuran Wayan Sumiarsa menyatakan, Pasar Pelipulara diharapkan dapat meningkatkan perekonomian UMKM warga sekitar. 

“Pasar Pelipulara adalah tambahan yang dapat dinikmati wisatawan yang datang ke sini. Kami mengembangkan konsep tradisional untuk membantu UMKM di desa kami,” ujar Wayan Sumiarsa.

Pada libur Imlek tahun ini, Wayan Sumiarsa juga menyebutkan jumlah pengunjung meningkat, terutama wisatawan domestik. Menurutnya, cukup nanyak wisatawan domestik yang berkunjung ke Bali untuk melihat tradisi budaya dan alam yang ada di desanya ini.

Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung selama libur Imlek, warga setempat, termasuk pecalang (penjaga adat), serta pihak kepolisian, turut membantu mengatur lalu lintas menuju Desa Penglipuran.

Untuk mengunjungi Pasar Pelipulara, wisatawan harus melewati hutan bambu dan jembatan bambu. Di pasar tradisional tersebut, warga menggunakan uang bambu yang dapat ditukar untuk berbelanja di beberapa pedagang yang ada di sana.

Pasar Pelipulara, Desa Penglipuran yang terletak di tengah hutan bambu. – (Beritasatu.com/Sopian Hadi)

Dini, seorang wisatawan asal Cibinong, Bogor yang sedang menikmati jajanan tradisional mengaku sangat terkesima dengan pemandangan desa yang dikelilingi bambu. 

“Di sini kita bisa merasakan tradisi Bali, mencicipi makanan khas Bali, dan melihat bangunan tradisional yang membuat kita lebih mengenal budaya Bali,” katanya sambil menikmati jajanan di tengah hutan bambu.

Wisatawan lainnya dari Balikpapan, Ferry juga merasakan sensasi makan di tengah hutan bambu setelah mendapat rekomendasi dari hotel tempat ia menginap. 

“Sesuai ekspektasi saya, di sini benar-benar terasa nuansa tradisional Bali, baik dari bangunannya maupun alamnya yang asri,” ujarnya.

Desa Penglipuran telah mendapatkan penghargaan Kalpataru dari pemerintah Indonesia atas upayanya dalam melestarikan hutan bambu dan ekosistem lokal.