Legan alan memiliki ciri khas berupa bentuk sanggulnya yang menyerupai ular. Jika dilihat secara saksama, bentuknya sangat mirip dengan ular yang sedang beristirahat melingkar.
Bentuk tersebut melambangkan kekuatan, ketenangan, dan perlindungan. Filosofi ini mencerminkan keyakinan masyarakat Sikka tentang pentingnya keseimbangan antara manusia dan alam.
Selain bentuk utamanya, beberapa aksesori dalam legan alan juga kaya akan makna simbolis. Sebut saja haging yang memiliki makna eratnya hubungan masyarakat Flores dengan alam sekitar.
Pasalnya, haging dibuat dari bahan alami berupa tanduk sapi atau duri landak. Haging merupakan tusuk sanggul yang menjaga tatanan rambut tetap rapi.
Haging umumnya berukuran panjang sekitar 20 sentimeter. Selain memberikan tampilan khas pada sanggul, haging juga melambangkan kekuatan dan keberanian wanita Flores.
Legan alan seolah hadir untuk menjembatani masa lalu dengan masa kini. Penggunaannya pun selalu dikaitkan dengan momen-momen penting dalam kehidupan perempuan Sikka.
Selain digunakan dalam upacara adat, legan alan juga sering dikenakan dalam tarian tradisional di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya pada perayaan besar dan festival budaya. Tak hanya menampilkan gerakan yang anggun, tarian tersebut juga menunjukkan kedudukan legan alan yang menjadi bagian integral dari identitas budaya masyarakat Sikka.
Penulis: Resla