Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Lebaran Pertama sebagai Mualaf, Richard Lee: Ada Luka dan Air Mata

Lebaran Pertama sebagai Mualaf, Richard Lee: Ada Luka dan Air Mata

Jakarta, Beritasatu.com –  Lebaran pertama sebagai mualaf menjadi momen penuh makna bagi Richard Lee. Setelah resmi memeluk Islam, ia merayakan hari raya Idul Fitri dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk. Didampingi sang istri, Reni Effendi,  yang masih berbeda keyakinan, Richard berbagi momen hangat saat menikmati hidangan khas Lebaran bersama.

Di tengah kebahagiaan menyambut hari kemenangan, Richard menjadikan momen ini sebagai ajang refleksi atas perjalanan hidupnya yang penuh tantangan. Ia mengenang berbagai cobaan yang telah dilaluinya, termasuk ujian berat yang menguji keteguhan hatinya.

“Tahun ini bukan tahun yang mudah. Ada luka yang tak terlihat, ada air mata yang tertahan dalam diam. Ada perjuangan untuk tetap berdiri tegak meski dihujat, meski dijatuhkan, meski niat baik disalahpahami,” ungkapnya.

Lebaran pertama sebagai mualaf juga mengajarkan Richard makna ketulusan dalam memaafkan. Ia menyadari bahwa hidup bukan tentang mencari siapa yang benar atau salah, tetapi tentang bagaimana tetap memilih untuk tidak menyakiti.

“Saya mungkin bukan manusia sempurna. Tapi saya terus belajar untuk jujur, untuk bertahan, dan untuk memaafkan — bahkan ketika tak ada permintaan maaf,” lanjutnya.

Baginya, Lebaran kali ini bukan sekadar perayaan, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang mendewasakan. Dalam perjalanan iman yang masih baru, ia berusaha memahami esensi Islam yang menekankan kasih sayang dan keteguhan hati.

Menutup refleksinya, Richard mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang tetap percaya kepadanya, meskipun banyak yang meragukan atau bahkan menghujatnya. Ia menegaskan bahwa pintu maafnya selalu terbuka bagi siapa saja yang pernah salah paham tentang dirinya.

“Terima kasih untuk semua yang tetap percaya, dan untuk yang pernah salah paham… pintu maaf ini selalu terbuka,” pungkasnya.

Lebaran pertama sebagai mualaf bagi Richard Lee bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga perjalanan hati. Dengan segala luka dan air mata yang pernah ada, ia memilih untuk terus melangkah dengan ketulusan dan keyakinan yang baru.
 

Merangkum Semua Peristiwa