TRIBUNNEWS.COM – Meski bersedia bernegosiasi, Lebanon membantah akan menormalisasi hubungannya dengan Israel.
Sebelumnya, baik Lebanon maupun Israel sudah sepakat untuk duduk di meja perundingan guna membahas perbatasan di antara kedua belah pihak.
Lebanon dan Israel juga sudah mengumumkan ada tiga tim kerja yang akan dibentuk.
Tim itu akan berfokus membahas lima tempat yang masih diduduki Israel di Lebanon, Garis Biru yang menjadi perbatasan Israel-Lebanon, tempat-tempat yang disengketakan, dan warga Lebanon yang ditahan Israel.
Seorang narasumber Israel mengaku Israel tertarik untuk melakukan normalisasi dengan Lebanon.
Namun, para pejabat Lebanon pada hari Rabu membantah bahwa negosiasi dengan Israel akan mengarah kepada normalisasi hubungan.
Menurut para narasumber di kantor kepresidenan Lebanon, pernyataan bahwa perundingan Israel-Lebanon akan menjadi awal negosiasi adalah hal yang tidak berdasar.
Kepada Al Mayadeen, mereka juga mengatakan akan dibentuk tiga tiga komite untuk mengatasi masalah dengan Israel demi penerapan Resolusi PBB 1701.
Namun, ketiganya tidak akan terlibat dalam negosiasi langsung antara Lebanon dan Israel.
“Komite ini akan menangani masalah lama, terutama sengketa perbatasan dan tempat-tempat yang masih disengketakan sejak tahun 2006,” kata narasumber itu.
LEBANON SELATAN – Foto yang diambil dari The Times of Israel tanggal 11 Februari 2025 memperlihatkan tiga tentara Israel beroperasi di Lebanon selatan, 20 November 2025. Perang Israel-Hizbullah diprediksi kembali meletus. (The Times of Israel/Emmanuel Fabian)
Mereka mengonfirmasi bahwa lima titik di Lebanon yang masih diduduki Israel akan menjadi salah satu topik perundingan.
Media Israel juga mengatakan tidak ada negosiasi mengenai normalisasi hubungan Israel dengan Lebanon.
Narasumber media itu mengklaim hanya ada kemungkinan kecil normalisasi.
“Klaim seperti itu (normalisasi) bisa mengganggu pembicaraan saat ini yang berfokus pada garis perbatasan,” kata dia.
Sebelumnya, para pejabat Israel berkata kepada Channel 12, “Kami mengupayakan normalisasi dengan Lebanon, dan pembicaraan saat ini menjadi bagian dari upaya itu.”
Israel akan bebaskan 5 warga Lebanon
Israel sepakat untuk membebaskan lima warga Lebanon yang ditahan Israel. Menurut Kantor Perdana Menteri Israel, pembebasan itu dikoordinasikan dengan Amerika Serikat (AS).
Di sisi lain, Lebanon mengaku sudah menerima empat warga Lebanon yang disandera Israel. Sandera kelima akan diserahkan pada hari Rabu.
Media AS Axios mengatakan salah satu warga Lebanon yang dibebaskan adalah anggota Hizbullah.
Menurut laporan di Lebanon, ada sebanyak 11 warga Lebanon yang masih ditahan oleh Israel.
Axios melaporkan tiga tim kerja yang dibentuk di atas bisa bertemu bulan depan.
Israel dan Lebanon pernah merundingkan perjanjian perbatasan di laut tahun 2022 dengan ditengahi oleh AS. Namun, keduanya belum menerapkan perjanjian perbatasan di darat.
Gencatan senjata
Israel dan Hizbullah sepakat mengadakan gencatan senjata yang berlangsung mulai akhir November 2024 hingga 18 Februari 2025.
Gencatan itu menyudahi sebagian besar serangan di antara keduanya. Israel dan Hizbullah mulai saling menyerang sehari setelah perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.
Serangan Hizbullah ditujukan untuk membantu Gaza yang diinvasi oleh Israel.
Hingga saat itu Israel masih melancarkan serangan di Lebanon. Pada hari Selasa lalu drone Israel dilaporkan membunuh seorang panglima Hizbullah.
The Times of Israel menyebut panglima itu adalah Hassan Abbas Izzedine. Sementara itu, media Lebanon merilis foto-foto mobil Izzedine yang diserang drone.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan Izzedine bertugas di satuan pertahanan udara. Dia berusaha membangun kembali infrastruktur pertahanan udara yang rusak karena perang.
Serangan IDF lainnya di Lebanon selatan menargetkan fasilitas Hizbullah.
(*)