Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Lapor Polisi karena Di-"bully", Pelajar SMP di Surabaya Mengaku Dituduh Cemarkan Nama Baik Sekolah Surabaya 12 Desember 2024

Lapor Polisi karena Di-"bully", Pelajar SMP di Surabaya Mengaku Dituduh Cemarkan Nama Baik Sekolah
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        12 Desember 2024

Lapor Polisi karena Di-“bully”, Pelajar SMP di Surabaya Mengaku Dituduh Cemarkan Nama Baik Sekolah
Editor
KOMPAS.com
– CW (14), siswa kelas IX SMP di Kota
Surabaya
, Jawa Timur membuat laporan ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya atas kasus
perundungan
yang ia alami.
Namun ia mengalami trauam setelah membuat laporan pada 1 Oktober 2024 karena merasa mendapat intimidasi dari pihak sekolah.
Menurut Johan Widjaja, pengacara CW, setelah membuat laporan polisi, CW dipanggil oleh guru bimbingan konseling (BK) dan wakil kepala sekolah.
Saat itu CW diminta untuk mencabut laporannya.
Ketika menolak, CW dicap sebagai siswa yang egois dan dituduh mencemarkan nama baik sekolah.
“Lebih mengejutkan lagi, sekolah menyebut kalau CW mencemarkan nama baik, sama saja seperti hama,” kata Johan, Minggu (8/12/2024).
Bukan hanya ancaman verval, menurut Johan, pihak sekolah diduga mencoba menyuap CW dengan uang Rp 500.000 jika setuju mencabut pengaduannya.
“Yang bahaya ini CW bolak-balik ingin mengakhiri hidup. Dia merasakan kekosongan hidup, tidak ada yang membantu, malah disalahkan terus,” ungkapnya.
Johan menuturkan, CW diduga mengalami perundungan sejak kelas VII. Karena bicaranya yang gagap, CW sering menjadi sasaran ejekan dan kekerasan fisik dari enam teman sekelasnya. Yaitu MR, MIA, AP, KH, MU, dan DR.
“MR dan kawan-kawannya kerap menghina CW dengan kata-kata kasar seperti babi dan anjing. Bahkan CW pernah diancam dengan pisau. Pukulan dan tendangan juga menjadi bagian dari siksaan yang dialaminya,” terang Johan.
CW yang mengaku suka mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu mengaku beberapa kali mengadu kepada guru-guru di sekolahnya.
Namun keluhan CW selalu diabaikan. CW selalu satu kelas dengan terduga pelaku mulai kelas VII hingga IX. Mnurut Johan, sekolah seakan menutup mata atas tindakan para teradu.
“Sebenarnya
bully
ini miris sekali, karena dilakukan di sekolah. Saya berharap teradu bisa diproses, meskipun menggunakan delik Undang-undang Perlindungan Anak. Dan pihak sekolah pimpinannya diganti atau dicopot karena tidak ada solusi apapun bagi korban,” tandasnya.
Kasus dugaan bully yang dialami CW saat ini sedang didalam polisi.
Rencananya, Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) akan mempertemukan pengadu, teradu, serta pihak sekolah.
“Saya belum bisa menyimpulkan pengaduan yang diadukan CW benar terjadi atau tidak. Karena pengakuan 6 teradu tidak seperti yang disampaikan CW. Biar jelas, semua rencananya akan saya pertemukan,” ujar salah seorang Penyidik PPA Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, kepada
TribunJatim.com.
Ia mengatakan, saat dimintai keterangan, keenam teradu mengaku sering bergaul dengan CW di sekolah. Bahkan guru yang juga sudah dipanggil menyebut setelah CW mengaku menjadi korban bully, 6 teradu sudah pernah dihukum selama 2 minggu mengikuti pelajaran di ruangan guru bimbingan sekolah (BK).
“Tapi sama CW gak betah di kelas gak ada 6 temannya. Sama CW enam temannya didatangi di ruangan guru BK. Jadi sebenarnya sekolah sudah kasih tindakan,” kata penyidik ini.
Kepada penyidik, enam teradu juga mengaku sering membantu CW yang dikenal sebagai anak pendiam di sekolah.
Menurut penyidik, kesimpulan sementara kasus ini berawal dari saling ejek nama orangtua dan diharapkan pertemuan nanti dapat mengungkapkan kebenaran yang terjadi.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Siswa SMP Surabaya Mengaku Disebut Mirip Hama setelah Adukan Kasus Bully, Polisi Ungkap Cerita Lain
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.