Jakarta, Beritasatu.com – Keputusan OPEC+ terkait penundaan rencana peningkatan produksi selama satu bulan mendorong harga minyak dunia menguat lebih dari 2% pada perdagangan Senin (4/11/2024). Selain itu, hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) juga memengaruhi harga minyak.
Mengutip Reuters, Selasa (5/11/2204), harga minyak Brent naik 2,7% atau sebesar US$ 1,98 menjadi US$ 75,08 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,85% atau US$ 1,98 menjadi US$ 71,47 per barel. Diketahui pada pekan lalu, harga Brent sempat anjlok 4% dan WTI turun 3%.
OPEC+ pada Minggu (3/11/2024), umumkan perpanjangan pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 bpr mulai Desember.
Ahli strategi energi Macquarie Walt Chancellor mengatakan, perpanjangan ini memunculkan keraguan terhadap komitmen OPEC+ untuk meningkatkan pasokan pada 2025.
“Pengumuman ini mungkin meredakan kekhawatiran akan perang harga OPEC+ yang baru,” ucapnya.
Produksi minyak OPEC meningkat pada Oktober setelah Libya menyelesaikan krisis politik. Namun, peningkatan produksi dibatasi oleh komitmen Irak untuk memenuhi pemotongan produksi yang telah disepakati dalam aliansi OPEC+.
Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya menyebut, produksi minyak negara itu mendekati 1,5 juta bph.
Selain itu, Pilpres AS juga membuat harga minyak naik karena persaingan dua kandidat yang kuat. Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat di survei, sehingga memicu ketidakpastian pasar.