TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Kue gandos atau kue rangin merupakan jajanan tradisional yang masih eksis di Kota Semarang hingga saat ini.
Salah satu penjual yang masih bertahan adalah Satimin, pria kelahiran 1962 yang telah berjualan sejak 1989.
Kue Gandos buatan Satimin bisa ditemukan di pengkolan Jalan Tarupolo II menuju Jalan WR Supratman, Semarang.
Dengan gerobak pikul berwarna biru bertuliskan “gandos” dengan font sederhana, Satimin berjualan dengan cara duduk ngemper di pinggir trotoar menunggu pembeli.
Meski sederhana, dagangannya selalu laris.
“Biasanya hanya butuh sekitar 2 jam, dagangan saya sudah habis,” kata Satimin saat memasak kue gandos, Sabtu (8/2/2025).
Setiap hari, ia membawa adonan sebanyak 1-2 kg.
Satimin mulai berjualan pukul 14.30 WIB, dan biasanya dagangannya sudah ludes sebelum pukul 17.30 WIB.
Adonan kue gandos yang terdiri dari tepung beras dan santan kelapa dibuat sendiri tanpa menggunakan mesin.
Ia mengaku bahwa penggunaan mesin dapat mengurangi cita rasa otentik dari kue gandos buatannya.
“Kalau pakai mesin, rasanya kurang sedap. Pelanggan di sini memang nyarinya yang masih terasa kelapanya. Kalau pakai mesin, rasa serbuk kelapanya sudah tidak ada,” tuturnya.
Satu kue gandos dijual dengan harga Rp500.
Dalam sehari, Satimin bisa mengantongi sekitar Rp100.000, yang dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena jam buka yang singkat, banyak pelanggan rela menunggu lebih awal agar tidak kehabisan.
Salah satunya adalah Rahmawati, warga Krobokan, Semarang Barat.
“Kalau beli di sini, harus cepat, kalau tidak bisa kecele. Kadang sebelum pukul 17.00 sudah habis. Saya sering beli di sini, keluarga juga cocok sama kue gandosnya. Harganya murah,” tuturnya.