Kue Bagea, Camilan Tradisional Papua Kaya Rasa Hingga Sejarah Budaya

Kue Bagea, Camilan Tradisional Papua Kaya Rasa Hingga Sejarah Budaya

Dalam berbagai cerita rakyat dan kebiasaan turun-temurun, bagea bahkan dipercaya memiliki makna spiritual karena bahan-bahannya yang alami dan dekat dengan alam, sesuatu yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya lokal timur Indonesia.

Dari segi penyebaran, kue bagea kini tidak hanya dikenal di Papua dan Maluku saja, melainkan telah menyebar ke berbagai daerah di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri, terutama di komunitas perantauan asal Indonesia Timur.

Popularitasnya juga semakin meningkat seiring dengan banyaknya pelaku UMKM dan pengusaha kuliner yang mulai mengemas bagea dalam bentuk yang lebih modern, baik dari segi rasa maupun tampilan kemasan. Kini, kita bisa menemukan variasi bagea dengan tambahan rasa modern seperti cokelat, keju, atau pandan, yang dibuat tanpa menghilangkan ciri khas rasa rempah dan sagu sebagai identitas utama.

Hal ini membuktikan bahwa bagea adalah camilan tradisional yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan akar budayanya. Pemerintah daerah dan berbagai komunitas budaya pun turut aktif mempromosikan bagea sebagai bagian dari upaya pelestarian warisan kuliner Nusantara, melalui festival makanan tradisional, pameran UMKM, hingga pelatihan kepada generasi muda agar resep dan teknik membuat bagea tidak punah di tengah arus modernisasi yang begitu deras.

Setiap gigitan dari kue ini adalah perjalanan rasa yang membawa kita pada suasana hutan sagu yang teduh, aroma rempah-rempah yang menyelimuti dapur-dapur tradisional, serta kehangatan komunitas yang menjaga tradisi leluhur dengan penuh cinta.

Dengan menjaga eksistensi bagea di tengah masyarakat modern, kita bukan hanya menikmati sebuah camilan, tetapi juga turut melestarikan identitas dan warisan budaya bangsa yang patut dibanggakan. Maka dari itu, mengenal dan mencintai bagea bukan hanya soal selera, tapi juga sebuah langkah kecil dalam menjaga kekayaan kearifan lokal Indonesia yang sangat berharga.

Penulis: Belvana Fasya Saad