Mamuju Tengah, Beritasatu.com – Krisis pakan membuat puluhan buaya di Penangkaran Desa Babana, Kecamatan Budong-Budong, Kabupaten Mamuju Tengah, terpaksa dilepasliarkan oleh pengelola. Pengelola bersama warga terlihat berjibaku mengevakuasi satu per satu buaya dari dalam area penangkaran agar siap dilepas ke laut.
Keputusan melepas buaya di penangkaran Mamuju ini diambil karena pengelola mengaku sudah sangat kesulitan menyediakan biaya pakan untuk sekitar 50 ekor buaya yang mereka rawat. Selama beberapa tahun terakhir, kebutuhan pakan ditanggung secara swadaya tanpa dukungan anggaran dari pemerintah, padahal penangkaran tersebut merupakan fasilitas yang dibangun oleh Pemkab Mamuju Tengah.
Pengelola menegaskan, apabila tidak ada perhatian dari pemerintah, pelepasan buaya akan dilakukan secara bertahap. Mereka khawatir hewan yang dilindungi itu akan mati kelaparan jika dibiarkan tetap berada di dalam penangkaran tanpa suplai pakan.
Bahkan, jika tidak ada respons dari pihak berwenang, pengelola mengancam akan melepas buaya ke kantor bupati maupun dinas terkait yang dinilai tidak memberikan perhatian terhadap penangkaran tersebut.
Pengelola Penangkaran Buaya, Rusli, mengatakan pihaknya sudah berkali-kali hadir dalam rapat terkait masalah pakan. Namun hingga kini belum ada keputusan konkret.
“Persoalannya selalu dirapatkan mengenai masalah pakan buaya. Kami juga sudah tidak bersemangat untuk menunggu keputusan,” kata Rusli, Sabtu (22/11/2025).
Saat ini baru satu ekor buaya yang dilepas sembari menunggu reaksi pemerintah.
“Kalau tidak ada solusi dari pemerintah, terpaksa kami evakuasi semua untuk pelepasan, terutama ke Kantor Bupati, Kantor Lingkungan Hidup, dan Resor Kehutanan,” ujarnya.
Rusli menyebut ada sekitar 50 ekor buaya di penangkaran tersebut. Ia berharap pemerintah benar-benar memberikan perhatian dan solusi terkait anggaran pakan demi keamanan masyarakat.
“Ini kan kepentingan manusia, kepentingan umum. Sampai kapan pun daerah kita akan terancam, terutama semua aktivitas warga di sekitar laut maupun rawa-rawa yang tergarap warga,” jelasnya.
Situasi ini memunculkan kekhawatiran baru terkait potensi konflik antara manusia dan buaya, terutama apabila hewan-hewan buas itu dilepas tanpa pengawasan di wilayah permukiman dan pesisir.
