Para peneliti menggabungkan data demografis global, proyeksi populasi, harapan hidup, dan model iklim lintas skenario emisi untuk menghitung paparan bencana iklim lintas generasi.
Mereka menyebut persentase anak-anak kelahiran 2020 yang akan mengalami gelombang panas ekstrem bisa melonjak dari 52 persen di skenario 1,5°C menjadi 92 persen di skenario 3,5°C.
Disebutkan pula pada skenario pemanasan tertinggi, wilayah dengan risiko tertinggi terhadap gagal panen meliputi Amerika Serikat, Amerika Selatan, Afrika Sub-Sahara, dan Asia Timur.
Di sisi lain, para peneliti juga mencatat kalau studi ini memang belum lengkap. Sebab, mereka tidak memasukkan dampak perubahan iklim terhadap angka kelahiran, kematian, maupun migrasi.
Dengan kata lain, mereka belum membahas dampak perubahan iklim yang bisa memicu migrasi massal dan analis soal potensi konflik sumber daya. Kendati demikian, bahaya pemanasan iklim harus diakui sudah di depan mata.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/961896/original/049416500_1440120187-20150820-Suhu_Panas.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)