PIKIRAN RAKYAT – Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak dalam mempelajari nilai-nilai moral. Karena itu, pendidikan antikorupsi yang dimulai dari rumah memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang jujur dan bertanggung jawab. Salah satu prinsip dasar yang bisa diajarkan orangtua adalah tidak mengambil hak orang lain.
Pakar linguistik antikorupsi, Kholid Abdullah Harras, mengutip psikolog pendidikan Jean Piaget, mengatakan bahwa anak-anak membangun pemahaman moral melalui interaksi sosial, terutama dalam keluarga. Nilai seperti keadilan, tanggung jawab, dan kejujuran dapat diajarkan dengan efektif jika orangtua konsisten memberikan contoh dan bimbingan.
“Korupsi sering dianggap sebagai masalah sistemik, padahal berawal dari perilaku individu yang terbentuk sejak kecil. Sebagai ancaman bagi tatanan sosial, ekonomi, dan politik, pemberantasan korupsi tidak bisa hanya mengandalkan hukum dan reformasi institusi,” kata Kholid dalam siaran pers saat bedah bukunya, Membangun Bangsa Tanpa Korupsi, di Auditorium Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI), Jalan Dr Setiabudhi, Kota Bandung.
Menurut Kholid, mengajarkan anak untuk tidak mengambil hak orang lain adalah langkah awal membangun integritas. Contoh sederhana seperti mengembalikan barang yang bukan miliknya, berbagi adil dengan saudara, atau tidak mengambil sesuatu tanpa izin merupakan pelajaran penting sejak dini.
Kholid menambahkan, nilai-nilai ini menjadi dasar untuk memahami dampak korupsi dalam skala lebih luas. Konsep ‘tidak mengambil hak orang lain’ tidak hanya menanamkan kejujuran tetapi juga empati.
“Ketika anak memahami bahwa perbuatannya dapat merugikan orang lain, mereka belajar menghargai hak dan kebutuhan orang lain. Empati adalah inti dari perilaku moral,” ujar Kholid.
Ia menekankan bahwa anak yang diajarkan menghormati perspektif orang lain cenderung menjauhi perilaku tidak etis, termasuk korupsi. Anak-anak yang tidak memahami batasan antara miliknya dan hak orang lain berisiko mengembangkan sikap tidak bertanggung jawab.
“Mengajarkan antikorupsi tidak harus dengan teori yang rumit. Orangtua bisa memulai dengan contoh nyata, cerita inspiratif, mengajarkan konsep kepemilikan, permainan edukatif, dan diskusi tentang kejujuran,” jelas Kholid.
Orangtua, lanjutnya, dapat mengajak anak berdiskusi tentang situasi moral sehari-hari, seperti menemukan uang di jalan atau melihat teman mencontek. Diskusi ini membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan tidak jujur dan pentingnya menjaga integritas.
“Pendidikan moral yang efektif butuh konsistensi. Jika orangtua melarang anak mengambil hak orang lain tetapi bersikap sebaliknya, anak bisa mengalami kebingungan moral. Keselarasan antara kata dan tindakan adalah kunci menanamkan nilai-nilai antikorupsi yang kuat,” kata Kholid.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News