Korsel usulkan tiga pilar untuk dijadikan fondasi lembaga IDA

Korsel usulkan tiga pilar untuk dijadikan fondasi lembaga IDA

Ekspansi ke sektor swasta akan membantu mengalirkan modal swasta ke upaya pembangunan,

Jakarta (ANTARA) – Korea Selatan mengusulkan tiga pilar untuk dijadikan sebagai fondasi salah satu lembaga Bank Dunia, yakni International Development Association (IDA) ke depan.

First Vice Minister of Economy and Finance Korea Beomseok Kim mengajukan tiga usulan itu agar dibahas saat pertemuan final replenishment International Development Association ke-21 (IDA21) di Seoul, Korea Selatan pada 5-6 Desember 2024.

“Usulan ini bertujuan memperkuat peran IDA dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, konflik, dan ketahanan pangan,” kata Beomseok Kim saat menyampaikan pidatonya dalam IDA21 Final Replenishment Meeting dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Adapun usulan pilar pertama, yaitu orientasi pada kinerja. Beomseok Kim menekankan pentingnya pendekatan berbasis kinerja dalam program IDA. Ia memuji pergeseran IDA dari awalnya berfokus pada output menuju pada hasil.

“Alokasi berbasis kinerja IDA dapat mendorong reformasi di negara-negara penerima, membongkar sistem dan praktik yang tidak efisien, serta mentransformasi negara-negara tersebut menjadi ekonomi berpenghasilan tinggi,” ujarnya.

Menurutnya, dengan sumber daya yang terbatas, IDA harus memastikan dana dialokasikan untuk area dengan dampak terbesar.

Pilar kedua, keberlanjutan keuangan IDA. Ia menyoroti mekanisme pendanaan unik IDA, di mana setiap dolar dari pendonor dapat dikonversi menjadi empat dolar untuk membantu negara-negara berkembang. Karena itu, ia menegaskan agar Bank Dunia tetap menjaga keberlanjutan keuangan IDA.

Pilar ketiga, kemitraan sebagai dasar operasional. Beomseok Kim menjelaskan dalam menghadapi kesenjangan pembiayaan pembangunan global yang meningkat dari 2,5 triliun dolar AS sebelum pandemi, menjadi 4,2 triliun dolar AS saat ini, diperlukan adanya keterlibatan sektor swasta.

“Ekspansi ke sektor swasta akan membantu mengalirkan modal swasta ke upaya pembangunan,” jelasnya.

Pertemuan ini memiliki makna khusus bagi Korea yang memulai perjalanan bersama IDA sebagai negara penerima pada 1962. Dengan dukungan IDA sebesar $116 juta, Korea membangun infrastruktur seperti jalur kereta api dan jalan raya, yang menjadi fondasi pembangunan nasional. Kini, Korea telah menjadi salah satu ekonomi maju dunia.

“Kisah pembangunan Korea adalah contoh nyata dari visi dan nilai IDA untuk kemakmuran bersama,” kata Kim.

Adapun IDA21 atau International Development Association’s 21st Replenishment merupakan proses penggalangan dana ke-21 untuk Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA) milik Bank Dunia. IDA adalah lembaga di bawah Bank Dunia yang memberikan pendanaan berbunga rendah atau tanpa bunga, serta hibah, kepada negara-negara berpenghasilan rendah untuk mendukung pembangunan dan pengurangan kemiskinan.

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Abdul Hakim Muhiddin
Copyright © ANTARA 2024