Jakarta, CNN Indonesia —
Korea Selatan menjadi negara dengan jumlah warga lansia terbanyak di dunia atau “super aged” society menyusul jumlah penduduk berusia 65 tahun ke atas semakin meningkat.
Menurut data terbaru yang dirilis Kementerian Dalam Negeri dan Keamanan Korsel pada Selasa (24/12), penduduk berusia 65 tahun ke atas di Korsel berjumlah 10,24 juta jiwa.
Dengan data ini, satu dari lima warga Korsel berusia 65 tahun atau bahkan lebih tua. Jumlah tersebut sudah mencakup 20 persen populasi Korsel yang berjumlah 501 juta jiwa.
Jika dianalogikan ke dalam bentuk perbandingan, berarti, ada 1 dari 5 warga di Korsel yang berusia lebih dari 65 tahun.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah membuat sebuah klasifikasi untuk menggambarkan usia penduduk di sebuah negara.
Dikutip CNN, sebuah negara dengan lebih dari 7 atau 14 persen penduduk berusia 65 tahun atau lebih digolongkan sebagai negara “masyarakat lanjut usia.”
Sementara itu, negara-negara dengan lebih dari 20 persen penduduk berusia 65 tahun atau lebih digolongkan sebagai negara “masyarakat lanjut usia super.”
Dari semua klasifikasi tersebut, Korsel menjadi negara “masyarakat lanjut usia” karena punya lebih dari 14 persen penduduk yang berusia 65 tahun atau lebih.
Korsel sendiri saat ini tengah menghadapi krisis populasi. Data terbaru menunjukkan jumlah angka kelahiran di Korsel menurun drastis sepanjang 2023.
Saat itu, angka kelahiran di Korsel menurun menjadi hanya 0,72 persen. Penurunan ini menjadikan Korsel sebagai negara dengan jumlah kelahiran terkecil di dunia.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya jumlah wanita dan pria tua di Korsel yang sudah tidak memiliki tingkat kesuburan lagi.
Menurut data terbaru, sekitar 22 persen wanita di Korsel telah berusia 65 tahun atau lebih. Sementara itu, proporsi pria di atas usia tersebut hampir 18 persen.
Pemerintah Korsel juga sudah berupaya untuk mengatasi krisis populasi yang terjadi saat ini.
Pada Mei lalu, Presiden Yoon Suk Yeol juga sudah menginstruksikan pemerintah untuk membuat kementerian khusus untuk meningkatkan jumlah populasi di Korsel.
Sebab, saat itu, Yoon menganggap krisis populasi di Korsel sebagai “keadaan darurat nasional.”
Sejumlah upaya lain, seperti voucher bayi, cuti ayah berbayar, hingga uang tunai bagi orang tua baru juga sudah dilakukan pemerintah Korsel guna meningkatkan angka kelahiran.
Pada 2022, Korsel juga mengeklaim sudah menggelontorkan dana sebesar USD200 miliar atau Rp3,2 triliun untuk meningkatkan angka kelahiran.
Namun, semua upaya tersebut dianggap gagal mendongkrak jumlah populasi di Korsel.
(gas/rds)
[Gambas:Video CNN]