TRIBUNNEWS.COM – Jumlah korban tewas akibat gempa besar yang mengguncang Myanmar dan Thailand telah melampaui 1.600 orang.
Sementara itu, tim penyelamat terus berupaya menggali reruntuhan bangunan yang runtuh demi mencari korban selamat.
Dalam pernyataan resmi, pemerintah militer Myanmar mengonfirmasi bahwa sebanyak 1.644 orang tewas dan lebih dari 3.400 orang mengalami luka-luka, sementara setidaknya 139 orang masih dinyatakan hilang setelah gempa berkekuatan 7,7 magnitudo pada Jumat (28/3/2025).
Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar yang berada dekat dengan episentrum gempa, mengalami dampak yang sangat parah.
“Malam yang sangat tidak nyaman bagi banyak orang. Mereka memilih untuk tidur di luar rumah. Kami melihat banyak orang di taman dengan kasur yang mereka letakkan di luar rumah,” lapor Tony Cheng dari Al Jazeera di ibu kota Naypyidaw.
“Masih ada gempa susulan, beberapa di antaranya kami rasakan pagi ini. Meski tidak terlalu besar, guncangan tersebut cukup membuat orang enggan kembali ke bangunan,” tambahnya.
Operasi kemanusiaan di Myanmar mengalami hambatan besar akibat infrastruktur yang rusak, termasuk jalan dan jembatan utama, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).
“Kerusakan pada jalan tol Yangon-Naypyidaw-Mandalay menyebabkan gangguan layanan, dengan retakan dan distorsi permukaan yang memaksa bus antarkota menghentikan operasinya,” kata OCHA dalam pernyataannya.
Pemerintah militer Myanmar juga mengakui bahwa gempa telah merusak infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan bangunan, yang menyebabkan korban jiwa dan luka-luka di kalangan warga sipil. Saat ini, operasi pencarian dan penyelamatan sedang berlangsung di daerah terdampak.
Untuk mempermudah upaya bantuan pascagempa, Pemerintahan Persatuan Nasional (NUG), kelompok oposisi yang menentang junta militer, mengumumkan gencatan senjata sepihak selama dua minggu di wilayah terdampak gempa mulai Minggu.
Dalam pengumuman pada Sabtu malam, sayap militer NUG, Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), menyatakan bahwa mereka akan “bekerja sama dengan PBB dan organisasi non-pemerintah untuk memastikan keamanan, transportasi, serta pendirian kamp penyelamatan dan medis sementara” di wilayah yang mereka kendalikan.
Jumlah Korban Tewas di Thailand Juga Meningkat
Sementara itu dikutip dari AP News, jumlah korban tewas akibat gempa di Thailand meningkat menjadi 17 orang.
Gempa mengguncang wilayah metropolitan Bangkok, yang dihuni sekitar 17 juta orang, serta bagian lain di negara tersebut.
Beberapa daerah di utara melaporkan kerusakan, tetapi korban jiwa hanya dilaporkan terjadi di Bangkok.
Dari total korban tewas, 10 orang kehilangan nyawa akibat runtuhnya gedung tinggi di dekat pasar terkenal Chatuchak, sementara sisanya meninggal di tujuh lokasi lain.
Pihak berwenang di Bangkok melaporkan bahwa 83 orang masih belum ditemukan.
Pada hari Sabtu, lebih banyak alat berat dikerahkan untuk memindahkan ton-ton puing, tetapi harapan mulai memudar di antara keluarga dan kerabat korban.
“Saya berdoa agar mereka selamat, tetapi ketika saya tiba di sini dan melihat kehancuran ini — di mana mereka bisa berada?” kata Naruemol Thonglek, seorang wanita berusia 45 tahun, sambil menangis menunggu kabar tentang pasangannya yang berasal dari Myanmar dan lima temannya yang bekerja di lokasi tersebut.
(Tribunnews.com)