Korban Banjir di Langkat Bertahan Tanpa Obat dan Rasa Putus Asa

Korban Banjir di Langkat Bertahan Tanpa Obat dan Rasa Putus Asa

Posko pengungsian di beberapa wilayah, termasuk yang didiami Agus dan keluarganya, bahkan didirikan secara mandiri oleh masyarakat tanpa bantuan dari BPBD Langkat atau pemerintah daerah.

Ini menunjukkan betapa gigihnya warga berusaha menyelamatkan diri dan bertahan, meskipun dalam situasi yang serba sulit.

Rosmini, warga lain di posko, menggambarkan betapa mencekamnya saat banjir pertama datang. Ketinggian air mencapai 160 cm, memaksa masyarakat panik dan berjuang menyelamatkan diri dan anak-anak agar tidak hanyut.

“Maaf cakapnya, kita pun sama anak sudah menyelamatkan diri masing-masing. Dan sampai hari ini mau enggak mau kami harus tetap bertahan,” kenangnya.

Kondisi cuaca yang tidak menentu menambah kekhawatiran dan membuat warga belum bisa kembali ke rumah.

“Akibat banjir dengan debit air yang tinggi sampai hari ke delapan ini, hampir membuat masyarakat putus asa. Enggak bisa dibilang putus asa juga, harus tetap bertahan,” tutup Agus, menyuarakan semangat yang dipaksakan di tengah keprihatinan yang mendalam.