Liputan6.com, Gunungkidul – Kecantikan dan ombak Pantai Wediombo, Kalurahan Jepitu, Kapanewon Girisubo, menjadi saksi pelepasan 101 tukik atau anak penyu pada Rabu (4/6/2025) sore. Tukik-tukik mungil itu merangkak pelan menyusuri pasir hangat menuju laut, mengikuti insting purba yang diwariskan dari leluhurnya untuk kembali ke tempat asal kehidupan mereka.
Momen ini bukan hanya seremonial. Ia adalah simbol harapan bagi ekosistem laut yang terus tertekan. Tukik-tukik tersebut berasal dari telur penyu yang ditemukan dan ditangkarkan di Pantai Pelangi, Bantul oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Gunungkidul beberapa minggu sebelumnya. “Pelepasan tukik sangat penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut. Dari ratusan telur, hanya sebagian kecil yang bertahan hidup sampai dewasa. Maka setiap tukik yang dilepaskan adalah harapan baru,” jelas Wahid Supriyadi, Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul.
Penyu memiliki insting luar biasa, mereka akan kembali ke pantai tempat mereka menetas untuk bertelur, setelah mengarungi lautan selama puluhan tahun. Mekanisme ini dikenal sebagai “natal homing”. Meski menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut lepas, penyu betina dewasa akan mencari kembali pantai tempat mereka dilahirkan untuk mencari pasir hangat yang dulu pertama kali menyentuh tubuhnya. Pelepasan tukik di pantai alami seperti Wediombo menjadi penting, karena lokasi awal pelepasan akan tertanam dalam sistem navigasi alami penyu. “Entah 10 atau 20 tahun lagi, atau di masa depan, penyu-penyu yang bertahan akan kembali ke sini untuk bertelur dan meneruskan siklus kehidupan,” jelasnya
Lebih dari pada itu, Keberadaan penyu laut bukan hanya penting untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi ekosistem yang lebih besar. Salah satunya adalah hubungan erat antara penyu terutama penyu Lekang dan terumbu karang. Penyu Lekang memakan alga yang tumbuh di atas karang yang tumbuh berlebihan dan menutupi permukaan terumbu, menyulitkan karang untuk bernapas dan menerima sinar matahari. Dengan kata lain, penyu membantu menjaga keseimbangan juga menjadi pembersih alami yang mendukung kehidupan ratusan spesies ikan dan biota laut lain.
“Penyu adalah bagian penting dari rantai makanan laut. Tanpa mereka, kerusakan ekosistem bisa lebih cepat terjadi. Mereka seperti tukang kebun laut yang merawat halaman bawah air kita,” tambah Wahid.
Lebih lanjut, Gunungkidul memiliki potensi besar dalam konservasi penyu. Selain di Wediombo, terdapat 13 titik pantai lain yang menjadi lokasi bertelur penyu, seperti Pantai Ngobaran, Ngrenehan, Sadeng, hingga Pantai Jungwok. “Tekanan aktivitas manusia seperti pariwisata massal, sampah, dan perburuan liar masih menjadi tantangan nyata bagi perkembangan penyu di Kawasan pesisir selatan Gunungkidul,” ulasnya.
Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul telah menerbitkan regulasi untuk melindungi penyu dan habitatnya. Salah satunya adalah Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2016 tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), yang mengatur pemanfaatan ruang pesisir secara berkelanjutan dan perlindungan kawasan konservasi laut, termasuk habitat penyu.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5242908/original/052385900_1749067503-DSC00580.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)