TRIBUNNEWS.COM – Kondisi kesehatan Annar Salahuddin Sampetoding (62) dinyatakan stabil sehingga dia dipindahkan ke Rumah Tahanan (Rutan) Gunungsari Makassar, Sulawesi Selatan.
Sosok yang menjadi otak pembuatan uang palsu di UIN Alauddin Makassar itu sempat dirawat dua pekan di RS Bhayangkara Makassar.
Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak, menjelaskan proses pemindahan ke Rutan Gunungsari dilakukan pada Selasa (7/1/2025) pukul 13.00 Wita.
“Setelah menjalani pembantaran di rumah sakit, kondisinya saat ini sudah sehat dan sudah bisa menjalani proses lanjutan. Tadi sudah kami bawa ke rutan,” tuturnya, Selasa.
Kepala Rutan Makassar, Jayadikusumah, menyatakan Annar dijebloskan di Blok B Mapenaling yang dikhususkan untuk tahanan baru.
“Jadi, tahanan yang baru masuk itu harus kami masukkan ke kamar Mapenaling. Biasanya seminggu sampai dua minggu kita pindahkan ke depan, ke blok kamar lain,” katanya.
Dengan penempatan tersebut, diharapkan Annar dapat bersosialisasi dengan tahanan lain.
“Kemudian kita lihat apakah yang bersangkutan ada lawan ataupun nyawanya terancam atau tidak,” sambungnya.
Petugas rutan telah mendapatkan hasil pemeriksaan medis Annar yang sempat dirawat di RS Bhayangkara.
“Sudah ada hasil pemeriksaan kesehatannya dari RS Bhayangkara juga, infonya yang bersangkutan ada riwayat jantung. Tapi Terkait kesehatannya besok kami cek lagi dengan dokter,” lanjutnya.
Diketahui, Annar berperan sebagai investor pembuatan uang palsu dan menjalankan aksinya sejak 2022.
Akibat perbuatannya, Annar dijerat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, dengan ancaman pidana penjara hingga 15 tahun dan denda Rp 50.000.000.000.
Pengakuan Operator Mesin
Syahruna, seorang wiraswasta asal Ujung Pandang Baru, Kota Makassar, memiliki peran penting dalam pembuatan uang palsu di UIN Alauddin Makassar.
Syahruna diperintah Annar Salahuddin Sampetoding membujuk Andi Ibrahim agar mesin pencetak uang masuk ke kampus.
Pembuatan uang palsu di UIN Alauddin dilakukan sejak 2022 dan sebelumnya dibuat di rumah Annar Salahuddin Sampetoding di Makassar.
Syahruna menjelaskan 19 tahapan pembuatan uang palsu sebelum diedarkan ke masyarakat.
“Ada 19 tahapan, kalau ada salah satu tahapan rusak, maka gagal dan dibuang.”
“Dari 19 tahapan itu harus lulus semua,” ucapnya, dikutip dari kanal YouTube tvOneNews, Selasa (31/12/2024).
Pria yang belajar mencetak uang palsu secara otodidak ini mengatakan ada dua tahapan penting yang harus dilakukan yakni pembuatan benang pengaman dan tanda air.
“Setelah itu cetak UV-nya dan magnetik agar lolos dari mesin (cek uang palsu),” terangnya.
Produksi uang palsu dilakukan secara bertahap dari satu rim atau 500 lembar kemudian bertambah.
Ia menambahkan seluruh bahan produksi didatangkan dari China termasuk mesin pencetak uang palsu seharga Rp600 juta.
Syahruna sebagai operator mesin pencetak uang palsu, sedangkan Andi Ibrahim selaku koordinator.
Mesin tersebut berada di dekat kamar mandi perpustakaan UIN Alauddin.
“Dikasih peredam agar nggak kedengeran. Jendela semua ditutup,” lanjutnya.
Proses produksi dilakukan sejak pukul 11.00 WITA hingga 17.00 WITA.
Menurut Syahruna, Andi Ibrahim meminta para tersangka bekerja sesuai dengan jam yang telah ditentukan karena ada satpam yang rutin berkeliling kampus.
Syahruna mengaku terjerumus dalam kasus ini karena permintaan bosnya sendiri, Annar Salahuddin Sampetoding.
Ia tergiur iming-iming yang ditawarkan Annar sehingga membantu mencarikan mesin pencetak uang hingga mempelajarinya secara otodidak.
“Dijanjikan juga dibelikan tanah dan rumah,” katanya.
Sebagian artikel telah tayang di TribunTimur.com dengan judul Foto Annar Sampetoding di Blok B Mapenaling Rutan Makassar, Lebih Kurus Setelah 2 Hari Ditahan
(Tribunnews.com/Mohay) (TribunTimur.com/Sayyid Zulfandi/Muslimin Emba)