Komunitas Brompton: Mereka yang Beralih ke Padel Mayoritas Pesepeda Musiman
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Penjualan sepeda lipat mewah, termasuk Brompton yang sempat meroket pada masa awal pandemi Covid-19 kini menurun drastis karena beralih ke olahraga padel.
Anggota Brompton Owner Group Indonesia (BOGI) asal Jakarta, Djamal Hars (48) mengatakan penurunan minat sepeda terjadi pada pesepeda “musiman” yang mulai aktif saat pandemi.
“Menurut saya, yang beralih dari sepeda ke padel mayoritas dari pesepeda musiman pandemi. Kalau yang benar-benar pesepeda, sifatnya hanya variasi aktivitas saja. Toh event sepedahan masih ramai tiap bulannya,” kata Djamal saat dihubungi Kompas.com, Rabu (13/8/2025).
Djamal menilai, isu melemahnya tren bersepeda kurang tepat jika dilihat dari komunitas aktif.
“Masih banyak pesepeda yang menyesuaikan aktivitasnya. Event juga masih ada,” ujarnya.
Soal penjualan sepeda, Djamal menyebut sebagian orang masih membeli sepeda meski menunggu diskon besar.
“Baru kalau diskon besar seperti di Azko. Tergantung harga sepedanya. Menengah ke atas pasti di mal, di luar itu lebih ke toko pinggir jalan, tergantung selera dan segmen,” ungkapnya.
Djamal yang sudah rutin bersepeda sejak 2010 mengaku tetap aktif 2-3 kali seminggu, diselingi olahraga lain seperti basket, renang, dan jalan kaki.
Ia berharap pemerintah menyediakan jalur khusus sepeda yang aman dan steril dari kendaraan bermotor.
“Sekarang semakin tidak nyaman bersepeda di jalan raya. Untuk pesepeda lain, saling jaga tata tertib dan ikuti rambu, jaga nama baik pesepeda,” katanya.
Pendapat senada disampaikan Baron Martanegara (52), anggota komunitas sepeda yang kerap gowes di dalam dan luar negeri.
Menurut dia, olahraga padel tidak berpengaruh signifikan terhadap minat bersepeda di komunitasnya.
“Di komunitas kami tidak terlalu berpengaruh dengan adanya olahraga padel. Kami masih banyak kegiatan acara bersepeda,” ujar Baron yang juga anggota Brompton Owner Group Indonesia.
Ia menilai olahraga yang bersifat tren atau fomo biasanya akan redup perlahan.
“Kami yang suka bersepeda akan terus bersepeda karena ini olahraga yang minim cedera dibanding futsal, badminton, tenis, padel, atau lari,” katanya.
Baron meyakini tren olahraga yang hanya karena fear of missing out (FOMO) biasanya akan redup seiring waktu.
“Yang benar-benar hobi akan tetap jalan terus,” katanya.
Sebelumnya, penurunan penjualan sepeda terlihat di pusat penjualan sepeda lipat mewah, Senayan Trade Center (STC), Jakarta Pusat.
Pegawai One Bike Shop, Olivia (26), mengatakan masa kejayaan penjualan terjadi saat pandemi.
“Kalau mulai sepi sih setelah Covid. Kalau Covid memang lagi rame-rame, itu lagi booming. Setelah itu penjualan menurun,” kata Olivia, Sabtu (9/8/2025).
Selain karena lalu lintas yang semakin padat, tren olahraga juga bergeser. Banyak pelanggan kini mencoba olahraga padel, sehingga toko mulai menjual perlengkapannya.
Meski demikian, layanan servis sepeda dan penjualan aksesori tetap ramai, terutama akhir pekan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Komunitas Brompton: Mereka yang Beralih ke Padel Mayoritas Pesepeda Musiman Megapolitan 13 Agustus 2025
/data/photo/2024/09/18/66ea3f23b15b9.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)