Kisah Tunarungu Perjuangkan Keadilan Iklim Lewat Lokakarya Bahasa Isyarat di Semarang
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com –
Perubahan iklim ekstrem berdampak luas di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada tahun 2025, pola cuaca menjadi tak menentu, bahkan hujan deras terjadi di musim kemarau.
Kondisi ini memperparah risiko dan kerentanan bagi masyarakat, khususnya kelompok penyandang disabilitas seperti tunarungu.
Untuk mendorong inklusi dalam isu iklim, kotakita.org bersama Urban Citizenship Academy (UCA) Semarang mengadakan Lokakarya Bahasa Isyarat untuk Keadilan Iklim.
Kegiatan ini berlangsung di Blue House Kota Semarang, Sabtu (11/10/2025), sebagai bagian dari rangkaian acara bertajuk Warga-Wargi Meniti Keadilan Iklim dari Pinggir yang digelar pada 10-11 Oktober 2025.
Delvani Utami, Program Manager Kotakita.org, menjelaskan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan krisis iklim di kalangan orang muda dan kelompok rentan perkotaan.
“Kami ingin mengamplifikasi masyarakat terpinggirkan dalam pembahasan krisis iklim, terutama pelibatan terhadap lansia, perempuan, orang muda, dan kelompok yang termarginalkan,” ujarnya kepada
Kompas.com.
Kotakita, sebagai lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada isu urban, menekankan pentingnya keterlibatan aktif kelompok rentan dalam setiap penyusunan kebijakan iklim di tingkat kota.
“Harapan program ini adalah kota untuk semua, secara khusus seperti krisis iklim bukan hanya dirasakan publik pada umumnya, namun juga kelompok rentan seperti disabilitas. Kami sadar dampak krisis iklim dirasakan secara timpang kepada kelompok-kelompok tertentu,” lanjutnya.
Delvani juga menyoroti bahwa Kota Semarang termasuk daerah dengan kerentanan iklim tinggi.
“Kota Semarang berada di kerentanan yang multi hazard, seperti rob, banjir, dan panas ekstrem. Membicarakan krisis iklim dengan menghadirkan kelompok tunarungu adalah upaya menciptakan ruang yang inklusif untuk pembahasan masalah iklim yang terkadang tersegmentasi,” jelasnya.
Aprilian Bima Purnanta, seorang tunarungu yang juga Koordinator Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (PUSBISINDO) Jawa Tengah, menceritakan perjuangan komunitasnya menghadapi krisis iklim, dibantu oleh juru bahasa isyarat.
“Bagi komunitas kami terutama tunarungu, kami lalu mendata tentang akibat apa saja yang dirasakan kelompok kami mengenai krisis iklim. Seperti halnya ketika ada musim pancaroba kita harus seperti apa? Atau ketika banjir, teman-teman harus melakukan evakuasi seperti apa?” ungkapnya.
Kurangnya edukasi dan informasi yang inklusif, terutama dalam hal kebencanaan dan perubahan iklim, membuat tunarungu semakin rentan. Sosialisasi mengenai evakuasi bencana, perubahan cuaca ekstrem, hingga dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental belum menjangkau mereka secara optimal.
“Edukasi dan informasi terhadap krisis iklim dan akibat yang ditimbulkannya seperti kesehatan mental bagi kami adalah sangat penting. Karena krisis iklim bagi kami berpengaruh terhadap mental dan kecemasan kita,” kata Aprilian.
Aprilian menekankan bahwa program edukasi seperti lokakarya ini sebaiknya tidak hanya dilakukan sekali, namun berkelanjutan dan dimasifkan.
“Kami melakukan pendataan dan penginformasian terhadap teman-teman tuli jika ada hambatan. Kita juga melakukan pengelompokan keterdampakan krisis iklim terhadap tunarungu secara gender juga penting,” tuturnya.
“Kita memang perlu berkolaborasi dengan pihak terkait, seperti BNPB. Teman-teman tuli juga punya tanggung jawab menginformasikan ke kawan-kawan tuli lainnya,” lanjut Aprilian.
Aprilian menutup dengan menyerukan pentingnya dukungan dari pemerintah, khususnya dalam pemenuhan hak aksesibilitas bagi penyandang disabilitas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
“Jadi saya berharap pemerintah juga memberikan dukungan kepada teman-teman tuli khususnya dan bertanggung jawab memberikan fasilitas dan aksesibilitas yang layak untuk kelompok tuli seperti yang dibutuhkan teman-teman. Karena menurut undang-undang itu penting ya untuk memenuhi hak teman-teman tuli,” tegasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kisah Tunarungu Perjuangkan Keadilan Iklim Lewat Lokakarya Bahasa Isyarat di Semarang Regional 13 Oktober 2025
/data/photo/2025/10/13/68ec4579b3c89.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)