Liputan6.com, Pontianak – Jauh sebelum Indonesia merdeka, di sebuah sudut Kalimantan Barat, pernah berdiri sebuah negara republik yang dipimpin oleh masyarakat Tionghoa. Republik Lanfang, demikian namanya, menjadi bukti nyata tentang keragaman dan dinamika sejarah Nusantara.
Awalnya, di Kalimantan Barat sekitar abad ke-18 banyak berdatangan pekerja dari cina untuk bekerja di pertambangan emas. Mereka bekerja sama dengan kerajaan-kerajaan lokal di kalimantan barat.
Para penambang diperbolehkan menambang dan mengambil emas, namun tetap hasil tambangnya harus ada yang disetorkan kepada kerajaan-kerajaan setempat, yakni 1 kilogram emas per bulan. Karena banyak yang berdatangan, akhirnya mereka membuat kongsi dagang berdasarkan wilayah pertambangannya.
Masyarakat cina di dalam Kongsi, yang sebenarnya lebih mirip perkampungan, itu menjalani kehidupan seperti di negara asal mereka, yakni menerapkan tradisi china dalam kehidupan sehari-harinya. Beberapa tahun kemudian terjadi masalah Kongsi satu sama lain, dan akhirnya disatukan oleh pendatang dari China Daratan (Hakka) yang Bernama Lo Fang Pak.
Mengutip dari beberapa sumber, Republik Lan Fang dibentuk pada tahun 1777 oleh Lo Fang Pak. Berdirinya Republik Lan Fang juga tak luput dari persetujuan Kerajaan-kerajaan di Kalimantan Barat dan Belanda.
Republik Lan Fang merupakan hasil dari interaksi antara para penambang emas Tionghoa dengan kerajaan-kerajaan lokal di Kalimantan Barat. Masyarakat Tionghoa yang mayoritas berasal dari kelompok Hakka (China Daratan) ini hidup berdampingan dengan masyarakat setempat, namun tetap mempertahankan budaya dan tradisi mereka.
Uniknya, Republik Lan Fang memiliki sistem pemerintahan yang demokratis untuk ukuran zamannya. Mereka memilih pemimpin mereka sendiri dan menjalankan sistem pemerintahan yang mandiri.
Akan tetapi keharmonisan ini tidak berlangsung selamanya. Tekanan dari pihak Belanda yang ingin menguasai wilayah tersebut semakin kuat.
Pada tahun 1884, Republik Lan Fang terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda, yang pada akhirnya menandai berakhirnya era kemerdekaan negara republik pertama di Nusantara ini. Meskipun demikian, warisan budaya dan sejarah Republik Lanfang tetap hidup hingga kini.
Salah satu tokoh terkenal yang memiliki akar sejarah di Republik Lanfang adalah Lee Kuan Yew, pendiri negara Singapura. Masyarakat Singapura keturunan Lan Fang masih sering merayakan adat dan budaya leluhur mereka, menjadi bukti kuat tentang keberlangsungan warisan sejarah ini.
Penulis: Ade Yofi Faidzun