Jakarta, CNBC Indonesia – Sri Sultan Hamengkubuwono IX merupakan salah satu orang terkaya di Indonesia. Sebagai penguasa Yogyakarta pada 1940, dia mewarisi harta dan juga sistem feodalisme kerajaan.
Namun hal ini tak membuatnya memamerkan harta yang dimilikinya. Bahkan dia hidup dengan cukup sederhana, salah satunya menjadi supir truk pengangkut beras yang membuatnya dimarahi.
Kisah itu berawal saat dia sedang mengendarai truk Land Rover miliknya dari pedesaan menuju pusat kota. Seorang perempuan yang merupakan penjual beras menghentikan truknya di tengah jalan karena ingin ikut hingga ke pasar di kota.
Perempuan itu tak tahu orang yang dimintai tumpangan merupakan sosok pemimpin Yogyakarta. Dia meminta supir truk itu membantunya mengangkut beras ke dalam truk.
Sri Sultan pun manut dan membawakan dua karung besar ke atas truk dan mengantarkan perempuan tersebut ke tempat tujuan. Saat sudah sampai pasar, dia menurunkan karung tersebut.
Perempuan itu berusaha memberikan upah namun Sri Sultan menolak dan mengembalikan uang tersebut. Menerima penolakan, penjual beras merasa tersinggung dan memarahi Sri Sultan habis-habisan.
Dia berpikir supir truk tersebut tak mau menerimanya karena nominal uang yang sedikit. Bahkan setelah Sri Sultan pergi, perempuan itu masih tak terima uangnya ditolak dan menilai supir ruk itu sombong karena merasa tak butuh uang.
Akhirnya ada orang yang memberitahu sosok sesungguhnya sang supir truk. Perempuan itu kaget bukan main hingga pingsan dibawa ke rumah sakit. Sri Sultan yang mendengar kejadian itu langsung menuju ke rumah sakit dan menjenguk penjual beras tersebut.
Selain kisah soal menjadi supir truk pengangkut beras, kehidupan sederhana Sri Sultan juga diceritakan dalam Takhta untuk Rakyat: Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengkubuwono IX (1982). Dia tak memilih untuk pergi ke restoran untuk menghilangkan suhu panas.
Sri Sultan yang butuh minuman segar memilih membeli es gerobakan di pinggir jalan Stasiun Klender, Jakarta tahun 1946.
(mkh/mkh)