Kisah Madina Salma, Disabilitas Tuli berhasil Jadi Fashion Designer dengan Omzet Puluhan Juta

Kisah Madina Salma, Disabilitas Tuli berhasil Jadi Fashion Designer dengan Omzet Puluhan Juta

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Memiliki keterbatasan tidak menjadi penghalang bagi Madina Salma Suraya dalam kariernya. Perempuan disabilitas tuli itu berhasil menjadi fashion designer dengan omzet menembus lebih dari Rp 20 juta.

Perjuangan Madina Salma berada pada puncak kesuksesan pun tidak instan. Ia mulai merintis usaha sejak 2015 silam. Ia terinspirasi dari tantenya yang juga berprofesi sebebagai fashion designer.

Awalnya, ia belajar menjahit secara autodidak menggunakan mesin jahit dari tantenya.

“Saya lulus SMA, belajar menjahit lewat youtube. Belajar autodidak,” ungkap Madina, Rabu (5/3/2025).

Begitu memiliki keahlian menjahit, ia mulai menjadi penjahit rumahan. ia menerima pesanan dari tetangga maupun koleganya.

Usahanya mulai menjadi brand besar sejak 2022. Ia mengurus perizinan, diantaranya nomor induk berusaha (NIB) demi kemajuan usahanya.

Pandemi Covid-19 menjadi catatan sejarah bagi dirinya. Madina mengungkapkan, masa itu menjadi titik terberat yang mana dirinya merasakan cukup kesulitan berkomunikasi dengan klien.

Sebab, pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat menjaga kesehatan dengan memakai masker. Itu membuatnya tak bisa memahami dengan jelas apa yang diingkan customer.

 Mengingat, kesehariannya, ia berkomunikasi dengan memperhatikan mimik bibir. Jika merasa tak paham, ia meminta customer untuk berkomunikasi melalui tulisan.

Sejak SD hingga SMA, Madina mengenyam pendidikan di sekolah umum. Kemampuan membaca dan menulis ia kuasai seperti masyarakat pada umumnya. Dirinya mengaku tidak bisa berbahasa isyarat. 

“Nggak bisa bahasa isyarat. Komunikasi melihat mimik bibir. Sedikit-sedikit bisa dengar kalau dekat. Kalau jauh, nggak bisa dengar.

Pas Covid kesulitan, pada pakai masker susah banget komunikasinya. Jadi, saya minta klien tulis saja,” ungkap Madina.

Dalam menjalankan bisnisnya, Madina juga didukung orang-orang terdekat. Kadangkala ia didampingi ibunya, saudara, maupun rekan bisnisnya. Itu cukup membantu dirinya berkomunikasi dengan klien.

Madina juga memiliki lima karyawan. Satu diantaranya sama seperti dirinya, disabilitas tuli.

Di tengah keterbatasannya, ia tetap semangat dan tak pernah berkecil hati dalam meniti kariernya sebagai seorang fashion designer ternama. Ia terus mengasah kemampuannya dengan mengikuti berbagai kompetisi. Kemampuannya dalam dunia fashion pun tak diragukan.

Ia memiliki sederet penghargaan, diantaranya menjadi juara 2 Jateng Modest Design Competition 2024 dalam kategori fashionpreneur.

“Saya memang suka mengembangkan diri dengan ikut kompetisi dan pameran,” ucapnya.

Fokus bisnisnya adalah fashion ready to wear meliputi pakaian kerja, outer, kemeja, dan lain sebagainya. Dia juga menjadi perancang busana pengantin.

Ia mengungkapkan, omzet usaha fashionnya mencapai lebih dari Rp 20 juta. Produknya telah terjual ke berbagai daerah bahkan luar negeri.

“Yang beli dari Semarang, Jakarta, Bali, Prancis, Singapura, Jepang, dan lainnya. Pembeli dari luar negeri itu karena saya bergabung dalam komunita Unesqo yang memfasilitasi klien-klien dari luar negeri,” kata perempuan berusia 28 tahun ini. 

Tidak dipungkiri bahwa sebuah usaha memiliki kendala. Baginya, kendala terbesar dalam usaha fashion yaitu biaya model jika mengikuti fashion show.

Tentunya, ia perlu modal besar dalam menjalankan usahanya. Hingga pada akhirnya, dirinya bertemu dengan rekan bisnis yang memperkenalkan program-program BRI kepadanya.

“Mulai dibantu permodalan BRI sejak 2024. Setelah ada modal, saya merasa brand saya bisa lebih besar, lebih dikenal masyarakat,” ungkapnya.

Tidak hanya pinjaman permodalan, dia menyebut, ada banyak program dari BRI yang bisa membuat UMKM naik kelas, diantarnya dengan expo atau pameran. Ia bisa memeprluas jaringan klien melalui gelaran expo.

Ia juga berkolaborasi dengan sejumlah rekan bisnis dalam pengembangan usaha. Terkahir, Madina berkolaborasi dengan seorang pelukis asal Bali, Ida Ayu. Ia juga pernah berkolaborasi dengan Setitik Culture Wear dengan mengambil motif-motif bangunan Belanda di Semarang.

Seorang rekan bisnis Madina Salma, Pradita Rahmawati menjadi sosok yang cukup berpengaruh pada pengembangan bisnis Madina. Ialah yang mengenalkan Madina terkait program-proram BRI.

“Saya juga pelaku UMKM rajutan, saya pernah kolaborasi dengan Madina. Dari situlah kita berteman akrab, hingga mengenalkan program BRI,” ucapnya.

Menurut dia, Madina Salma memiliki potensi besar di bidang fashion. Produknya juga bagus dan dikenal. Itu menjadi alasan dirinya memperkenalkan program BRI.

“Sayang kalau nggak gabung di komunitas BRI. Saya rekomendasikan karena Rumah BUMN sangat welcome. Akhirnya, dia mulai bergabubg ke Rumah BUMN per 2024,” jelasnya. (eyf)